Apakah Ada Pertentangan Antar Ayat Dalam Al Quran?
Apakah Ada Pertentangan Antar Ayat Dalam Al Quran
Salafusshalih.com. Bukan rahasia lagi bahwa, Alquran adalah kalamullah yang diturunkan melalui perantara Malaikat Jibril Sang Ruh al-Amin kepada Muhammad bin Abdullah dengan menggunakan lafal berbahasa Arab dan makna yang benar, supaya menjadi argumentasi atas kerasulannya, menjadi undang-undang bagi manusia yang mencari petunjuk, serta menjadi alat pedekate (pendekatan) seorang hamba yang konsisten membacanya kepada Sang Pencipta .
Selain itu, Alquran adalah kitab suci sekaligus rujukan utama umat Islam sedunia dalam perumusan hukum, baik hukum syar’i(mengatur hubungan hamba dengan tuhannya) maupun hukum positif(mengatur hubungan seorang hamba dengan hamba yang lain). Sebagai rujukan utama sekaligus pedoman hidup umat penganut agama terbesar kedua dunia dengan jumlah 1,8 Miliar Penganut, pun sebagai kitab suci yang diturunkan langsung oleh tuhan melalui perantara Malaikat-Nya, sudah barang tentu Alquran memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh kitab-kitab samawi(kitab yang turun dari langit) lainnya.
Keistimewaan tersebut al-I’jaz atau Mu’jizat. al-I’jaz atau mu’jizat dalam literatur bahasa Arab dapat diterjemahkan menjadi melemahkan atau membuat seseorang menjadi lemah dan tidak mampu. Maksudnya hanya Allah yang mampu membuat Alquran dan manusia tidak akan bisa membuat kitab sesempurna Alquran setidaknya dalam 4 aspek. Pertama, keserasian ungkapan, makna hukum yang terkandung, penalaran hukum di dalam Alquran. Kedua, kecocokan materi yang terkandung di dalam Alquran dengan ilmu sains modern. Ketiga, pemberitahuan peristiwa yang terjadi pada alam gaib. Keempat, keelokan gaya bahasa yang tertera dalam Alquran tak tertanding.
Tulisan ini tidak akan membahas seluruh keistimewaan yang terkandung di dalam Alquran. Setidaknya hanya akan membahas keistimewaan Alquran ditinjau dari aspek keserasian ungkapan, dalam artian keseluruhan ayat yang berjumlah lebih dari 6000 tidak ada unsur saling menafikan atau bertentangan satu sama lain. Akan tetapi, saling berkesinambungan dan bahu-membahu memberikan solusi pada permasalahan yang dihadapi oleh umat manusia.
Tentu saja, dalam penjelasan di atas menimbulkan pertanyaan mengenai dua kutipan ayat yang terkandung dalam Q.S An-Nisa’ [4]:78
…قُلْ كُلٌّ مِنْ عِنْد اللهِ…
“ Katakanlah (Muhammad), Semuanya (datang) dari sisi Allah.” (Q.S An-Nisa’ [4]:78)
Sedangkan pada Q.S An-Nisa [4]:79 Allah berfirman ;
…مَآ اَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللّٰهِ ۖ وَمَآ اَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَّفْسِكَ
“ Kebajikan apa pun yang kamu peroleh, adalah dari sisi Allah, dan keburukan apa pun yang menimpamu, itu dari (kesalahan) dirimu sendiri. “ (Q.S An-Nisa’ [4]:79)
Pada kedua ayat tersebut seperti terjadi pertentangan mengenai dari mana datangnya kebajikan dan keburukan? Pada Q.S An-Nisa’ [4]:78 memberi pemahaman bahwa semua perkara, baik kebajikan ataupun keburukan datang dari sisi Allah. Akan tetapi, pada Q.S An-Nisa’ [4]:79 memberikan pemahaman bahwa kebajikan datang dari sisi Allah sedangkan keburukan yang menimpa datang dari kesalahan manusia sendiri. Lalu bagaimana menyikapi tentang pertentangan yang berada pada kutipan dua ayat di atas? dengan i’jazul qur’an bahwa, seluruh ungkapan ayat dalam Alquran serasi dan tidak ada pertentangan sama sekali?
Benarkah ada pertentangan antar ayat?
Syekh Wahbah az-Zuhaili (w.1436 H) memberi keterangan dalam kitab al-Wajiz fi Uṣul Fiqh (hal. 28), jika secara dhohir ditemukan pertentangan antara satu ayat dengan ayat yang lain, hal itu muncul dari pemahaman manusia, pertentangan antar ayat muncul ketika tidak dilakukan perenungan, setelah dilakukan perenungan akan menjadi jelas tidak ada pertentangan sama sekali.
Selanjutnya, dalam kitab Ḥazz al-Galaazim fi Ifḥaaam al-Mukhaṣim (hal. 50) milik syekh Syiṡ bin Ibrahim dijelaskan sebab turunnya kedua ayat tersebut memang berbeda. Ayat pertama turun guna menjawab prasangka orang-orang munafik yang beranggapan keberadaan keberanian mengikuti perang(hasanah) datangnya dari Allah sedangkan keberadaan rasa takut untuk berperang(sayyi’ah) timbul dari diri mereka sendiri. Dan semua hal tersebut merupakan ketentuan hidup yang digariskan oleh Allah sendiri.
Sedangkan ayat kedua diturunkan guna memberitahukan kepada umat Nabi Muhammad. Bahwa, seluruh kebajikan berupa keadaan sehat, selamat, Bahagia, keberanian, dll. Merupakan rasa kasih sayang Allah kepada hambanya, sedangkan seluruh keburukan berupa rasa sakit, bencana, rasa takut, dan segala hal buruk yang lain merupakan balasan atas dosa yang diperbuat oleh manusia itu sendiri.
Kemudian, Syekh Abdul Wahab Kholaf (w.1375 H), dalam Ilmu Uṣul Fiqh (hal. 152) menyebutkan bahwa keadaan yang dirasa bertentangan pada kedua ayat tersebut bisa dianggap sebagai suatu musykil (samar/tidak jelas), yang mana cara menghilangkan kesamaran tersebut harus dilakukan metode takwil oleh mujtahid dengan menggunakan pertimbangan nash lain dalam Alquran, kaidah syar’i, ataupun hikmah ayat tersebut diturunkan.
وَإِذَا وَرَدَتْ نُصُوْصٌ ظَاهِرُهَا التَّخَالُفُ وَالتَّعَارُضُ، فَعَلَى الْمُجْتَهِدِ أَنْ يُؤَوِّلَهَا تَأْوِيْلًا صَحِيْحًا يُوَفِّقُ بَيْنَهَا، وَيُزِيْلُ مَا فِيْ ظَاهِرِهَا مِنْ اخْتِلَافٍ، وَهَادِيْهِ فِيْ هَذَا التَّأْوِيْلِ: إِمَّا نُصُوْصٌ أُخْرَى، أَوْ قَوَاعِدُ الشَّرْعِ أَوْ حِكْمَةُ التَّشْرِيْعِ
“ Ketika pada nash Alquran, secara dhohir terjadi perbedaan dan kontradiksi(pertentangan). Maka, mujtahid wajib mentakwil dengan benar yang menyelaraskan antara nash-nash tersebut. Yang mana takwil dapat menghilangkan perbedaan yang tampak secara dhohir. Adapun petunjuk dilakukan takwil adalah nash lain, kaidah syar’i, atau hikmah tasyri’. ”
Memang sangat sukar dipercaya bahwa, ayat yang terkandung di dalam Alquran berjumlah lebih dari 6000 tidak ada pertentangan antara ayat satu dengan ayat lain. Namun harus diakui bahwa pembuat Alquran adalah Dzat yang Maha Tahu terhadap segala sesuatu, sedangkan bias pertentangan diperoleh dari pemahaman secara dhohir manusia dengan tanpa adanya perenungan, kemudian setelah dilakukan perenungan, menjadi jelas tidak ada pertentangan. Karena ayat demi ayat dalam Alquran turun dipengaruhi oleh sebab-sebab dan faktor-faktor tertentu.
(Redaksi)