Bagaimana Caranya Jihad Memerangi Radikalisme?
Salafusshalih.com – Radikalisme menjadi masalah yang cukup serius di negeri ini. Mungkin isu radikalisme tidak begitu besar dibandingkan isu korupsi. Tapi, isu radikalisme bagaikan gunung es yang tampak kecil di permukaan, sedang yang sesungguhnya itu besar. Maka, perlu penanganan yang cukup serius untuk mencegah radikalisme di negeri ini.
Yang perlu diperbaiki untuk mencegah radikalisme adalah mindset bangsa sendiri. Karena, semua perbuatan manusia dibangun oleh mindsetnya. Jika cara berpikirnya bener, maka apa yang dilakukannya pasti bener. Sebaliknya, jika cara berpikirnya keliru, pasti perbuatannya menjadi keliru pula. Mindset apa yang perlu diluruskan dari bangsa ini?
Radikalisme adalah kesalahan berpikir bangsa ini mengenai terma jihad. Jihad seringkali dipahami secara sempit, bahwa jihad itu sebatas perang melawan musuh. Bahkan, musuh sendiri, bagi para radikalis, hanya terbatas pada orang yang tidak sepaham dan sekeyakinan dengannya. Ini sungguh cara berpikir yang keliru dan jika dibiarkan akan mendorong seseorang melakukan tindakan kejahatan berbasis terorisme.
Lalu, bagaimana pemahaman tentang jihad yang benar? Al-Qur’an mengajarkan bahwa jihad sebenarnya mencakup upaya berkelanjutan untuk memerangi segala bentuk kejahatan, termasuk radikalisme. Dalam Al-Qur’an, surah al-Baqarah ayat 190-193, disebutkan: “Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”
Dari ayat ini, kita dapat memahami bahwa jihad mencakup perlawanan terhadap penindasan dan tindakan kekerasan, termasuk radikalisme. Jihad dalam konteks ini adalah upaya melawan segala bentuk ekstremisme yang merugikan kemanusiaan dan merusak harmoni sosial. Nah, pemahaman jihad yang benar justru melawan radikalisme, bukan melakukan kejahatan radikalisme.
Dalam memerangi radikalisme, Al-Qur’an memberikan aturan yang cukup bijaksana. Dalam surah al-Anfal ayat 61, disebutkan: “Dan jika mereka cenderung kepada perdamaian, maka cenderunglah (juga) kepadanya, dan bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Ayat tersebut menunjukkan bahwa jika pihak yang cenderung radikalisme berpindah arah menuju perdamaian, maka umat Muslim diharapkan untuk berupaya mencapai perdamaian tersebut. Jihad dalam hal ini adalah upaya aktif untuk membangun dialog, mengedukasi, dan membantu orang-orang yang terpengaruh radikalisme agar beralih ke jalan perdamaian.
Jadi, jihad dengan memerangi radikalisme hendaknya tidak dilakukan dengan cara-cara yang zalim. Tidak melawati batas jihad yang diperintahkan oleh agama. Jihad hanya dapat dilakukan selagi umat Islam diserang. Pada kesempatan ini umat Islam sesungguhnya tidak menyerang, tetap lebih kepada menyelamatkan diri dari serangan musuh. Bukankah menyelamatkan diri merupakan bagian dari kewajiban?
Perang di sini tidak mulu dalam bentuk tindakan fisik. Jihad melawan radikalisme dapat dilakukan dengan pendekatan edukasi (deradikalisasi). Edukasi dan kesadaran memiliki peran penting dalam memerangi radikalisme. Dalam surah al-Mujadila ayat 11, disebutkan: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”
Sebagai penutup, jihad merupakan bagian dari ajaran Islam yang harus ditegakkan, termasuk berjihad memerangi radikalisme. Tapi, penting diperhatikan juga jihad ini hendaknya dilakukan dengan cara-cara yang bijaksana. Agar tidak menghadirkan masalah yang baru di kemudian hari, seperti perpecahan, permusuhan, dan lain-lain.
(Khalilullah)