Mujadalah

Apakah Amman Abdurrahman Taubat Dari Terorisme?

Salafusshalih.com – Pendiri kelompok teroris Jama’ah Ansharud Daulah (JAD), Aman Abdurahman alias Oman Rochman alias Abu Sulaiman, tengah sakit. Ideolog Tauhid Wal Jihad tersebut sedang dirawat di IGD RSUD Cilacap, sejak Sabtu (26/3) lalu. Kondisi kesehatannya semakin memburuk setelah pada Desember tahun lalu sempat sakit lama dan mendapat perawatan Lapas Karanganyar Cilacap. Keadaan semakin memunculkan spekulasi, benarkah karir teroris tersebut segera berakhir?

Beredar video di YouTube, bahwa Aman melarang amaliah jihad alias teror yang melibatkan perempuan. Teroris yang sempat berbaiat pada ISIS pada 2014 silam dan terpidana lima kasus teror selama 2016-2017 itu memberi nasihat, agar para pengikutnya membaca kembali literatur tauhid dan jihad, terutama dari buku Ibnu Taimiyah. Namun di video tersebut masih terlihat jelas, Aman tetap kokoh terhadap pemikirannya bahwa NKRI ini Darul Kufri, dan bahwa jihad tetap wajib.

Untuk diketahui, Aman bukan teroris sembarangan. Militansinya terhadap jihadisme-terorisme setara dengan Abu Bakar Ba’asyir, atau bahkan lebih kuat: Aman merupakan ideolog andal yang mampu menggerakkan terorisme bahkan melalui jeruji besi. Buku Seri Tauhid-nya tersebar bebas di internet dan menjadi dalang aksi-aksi teror JAD selama ini. Karenanya keadaan Aman hari ini memantik banyak tanya, bisakah teroris sekaliber Aman taubat begitu saja menjelang akhir hidupnya?

Jika jawabannya ‘iya’, maka militansi teroris terhadap terorisme selama ini akan menjadi mitos. Dan ini tidak mungkin. Para teroris, apalagi sang ideolog, tidak takut apa pun. Ketika divonis mati pada 2018 lalu, Aman bahkan langsung bersujud. Ia mengaku punya alibi yang kuat untuk membantah dakwaan hakim, tetapi ia mengaku tidak keberatan dieksekusi mati. Artinya, pada pertanyaan di atas, jawaban terdekatnya adalah ‘tidak’, tetapi ini kemudian melahirkan kecurigaan lanjutan.

Karena itu, sakitnya Aman menarik untuk diulas sebab dua alasan. Pertama, posisi sentralnya di JAD dan atau ISIS Indonesia. Kedua, orientasi amaliah JAD itu sendiri. Beberapa spekulasi bisa diajukan mengenai video itu: Aman sudah siap menjadi martir; Aman sedang melakukan kaderisasi secara tersirat; Aman sedang mengubah orientasi amaliah JAD; dan Aman sedang menyiapkan penggantinya. “Jangan malas baca kalian,” ujarnya, dalam video.

Ajaran Aman

Aman Abdurahman, sebagai ideolog terorisme, punya grand design-nya sendiri tentang Islam dan Indonesia. Ia, pertama-tama, mengutip para tokoh Wahhabi tentang tauhid, lalu setelah itu mengontekstualisasikannya terhadap NKRI. Ia memosisikan Islam beroposisi biner dengan NKRI. Ikrar setia (al-syahadah) terhadap NKRI diposisikan ambivalen dengan berikrar setia kepada Allah, sehingga ia anggap syirik. Berpegang pada Pancasila diposisikan ambivalen dengan berpegang pada Al-Qur’an.

Semuanya begitu, diopisisibinerkan: Allah vis-à-vis thaghut, dan umat Islam hanya disuruh memilih salah satunya. Bertauhid artinya semata-mata menjadikan Allah sebagai pertalian hidup, sementara bertalian kepada ijtihad manusia secara otomatis dianggap menentang Allah. Tidak ada kompromi. Dalam bukunya, Di Mana Posisi Kamu, Di Barisan Tauhid atau Di Barisan Pembela Thaghut?, Aman Abdurahman tegas menuangkan ajarannya, untuk mengindoktrinasi umat Islam,  dengan berkata,

Bila kalian telah mengetahui bahwa hukum buatan manusia, atau UUD dan Undang-Undang turunannya, atau syariat bikinan manusia—atau selain syariat Allah—itu adalah di antara bentuk thaghut yang harus dijauhi dan diingkari, maka saya bertanya kepada kalian: apakah kalian berada di barisan Anshar Tauhid ataukah di barisan Aparat Thaghut setelah kalian mengetahui bahwa dinas kalian ini bertugas mempertahankan, melindungi dan memelihara keutuhan dan kedaulatan Negara (UUD 1945, bab 12 pasal 30 ayat 3 perihal Tugas TNI), padahal yang kalian lindungi ini adalah negara berhukum thaghut? Bukankah tugas pokok kalian di antaranya adalah mempertahankan keutuhan wilayah NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD NKRI 1945 (UUD RI No. 34 Th. 2004 tentang TNI)? Bukankah kalian telah mengikrarkan syahadat syirik, yaitu setia kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 (poin pertama sumpah prajurit)? Dan bukankah kalian telah menyatakan bahwa Kami Warga Negara RI yang Bersendikan Pancasila (point pertama Sapta Marga)? Allah ta’ala telah memvonis yang berjuang/berperang di jalan thaghut sebagai orang-orang kafir dan kawan-kawan syaithan. Oleh sebab itu bersegeralah bergabung bersama dengan Anshar Tauhid dan keluarlah dari dinasmu yang kafir ini!

Ajaran Aman tentang tauhid menyeretnya kepada doktrin takfir mu’ayyan, yakni pengafiran spesifik kepada orang yang dianggap menentang Allah dan membela thaghut. Doktrin tersebut kemudian bisa dilacak sebagai biang keladi teror-teror JAD, meskipun Aman sendiri membantah dianggap menginstruksikan terorisme. Tauhid ajaran Aman mengacu pada ajaran Syekh Abdurrahman, cucu pendiri Wahhabi, yang berprinsip bahwa,

Orang itu tidak dikatakan sebagai orang yang bertauhid (muwahhid) kecuali dengan menafikan syirik, berlepas diri darinya, dan mengafirkan pelakunya.

Ajaran Aman tentang tauhid memiliki dua fondasi utama yang mengilhami sepak terjangnya dalam terorisme. Pertama, perintah untuk ibadah kepada Allah saja tidak ada sekutu bagi-Nya, desakan akan hal itu, melakukan loyalitas di dalamnya, dan mengkafirkan orang yang meninggalkannya. Kedua, menghati-hatikan dari syirik dalam ibadah kepada Allah, mengecam dengan keras atasnya, melakukan permusuhan di dalamnya, dan mengkafirkan pelakunya.

Dengan ajaran yang sebegitu kuatnya dan karisma personalnya sebagai ideolog, susah untuk menganggap Aman akan taubat dari terorisme—sesusah mengatakan bahwa para pengikutnya akan berhenti melakukan teror. Artinya, alih-alih meredam aksi, video yang beredar kemarin justru memberi sinyal positif terhadap terorisme itu sendiri.

Nasib Terorisme

Sebagai sebuah ideologi, terorisme mustahil musnah. Setiap akhir eksistensi sebuah kelompok teror merupakan sinyal akan lahirnya kelompok teror lainnya. Aman Abdurahman sendiri sudah malang melintang di kancah terorisme. Kendati melihat kesehatannya yang menurun membuat sebagian orang pesimis ia masih bisa berkontribusi terhadap terorisme, optimisme kontra-terorisme tidak bisa mengabaikan fakta bahwa Aman bukan ujung tombak.

Jadi misalkan, sekali lagi misalkan, Aman meninggal, JAD akan menemukan pengganti Aman atau, jika tidak demikian, JAD akan bertransformasi menjadi kelompok teror dengan orientasi baru sebagaimana JAD merupakan sempalan JAT-nya Abu Bakar Ba’asyir. Intinya adalah, akhir karir Aman sebagai teroris tidak akan memiliki pengaruh signifikan terhadap berakhirnya terorisme. Dengan demikian, euforia merupakan sesuatu yang tidak perlu; gerilya terorisme tidak sependek hidup Aman.

Ke depan, JAD harus menjadi pantauan prioritas. Sebagaimana Jama’ah Islamiyah (JI) dan Negara Islam Indonesia (NII), JAD boleh jadi akan menentukan nasib terorisme itu sendiri. Lalu apakah hal ihwal Aman akan menjadi babak baru terorisme JAD? Akan dibahas pada bagian yang akan datang. Bersambung.

Wallahu A’lam bi ash-Shawab…

(Ahmad Khoiri)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button