Ulul Amri

Keajaiban Syukur: Kisah Nabi Musa, Si Kaya, dan Si Miskin

Salafusshalih.com – Syukur dalam Islam adalah sikap menerima dan menghargai segala nikmat yang telah Allah Swt berikan, baik dalam keadaan lapang maupun sempit. Syukur bukan sekadar ucapan “Alhamdulillah”, tetapi harus tercermin dalam hati, lisan, dan perbuatan.

Dalam kisah yang akan kita bahas, kita belajar bahwa sikap syukur dapat mengangkat derajat seseorang dan mengundang keberkahan, sementara kufur nikmat hanya akan menambah penderitaan.

Allah Swt. telah berfirman dalam Al-Qur’an:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat’.” (Ibrahim: 7)

Dari ayat ini jelas bahwa bersyukur akan menambah nikmat, sedangkan kufur nikmat mendatangkan azab.

Kisah Nabi Musa, si Kaya, dan si Miskin

Suatu hari, Nabi Musa didatangi oleh seorang lelaki miskin dengan pakaian lusuh dan compang-camping. Dengan wajah penuh harap, ia berkata:

“Wahai Nabi Allah, doakanlah aku kepada Allah Swt agar Dia menjadikan aku orang kaya raya.”

Mendengar permintaan itu, Nabi Musa tersenyum lalu berkata:

“Saudaraku, perbanyaklah bersyukur kepada Allah Swt!”

Si miskin terkejut dan kecewa. Dengan nada kesal, ia menjawab:

“Bagaimana aku bisa bersyukur, sedangkan kondisiku seperti ini?”

Dengan penuh kecewa, ia pun pergi meninggalkan Nabi Musa.

Beberapa waktu kemudian, seorang lelaki kaya raya datang menghadap Nabi Musa. Ia berkata:

“Wahai Nabi Allah, tolong sampaikan kepada Allah Swt agar aku dijadikan orang miskin sehingga aku tidak terganggu dengan hartaku!”

Nabi Musa kembali tersenyum dan berkata:

“Wahai saudaraku, mulai saat ini berhentilah bersyukur kepada Allah Swt.”

Orang kaya itu terkejut, lalu berkata:

“Wahai Nabi Allah, bagaimana mungkin aku tidak bersyukur kepada Allah Swt dengan semua karunia-Nya yang dilimpahkan kepadaku? Allah Swt telah memberikan aku mata yang dengannya aku dapat melihat, telinga yang dengannya aku dapat mendengar, tangan yang dengannya aku dapat bekerja, serta kaki yang dengannya aku dapat berjalan.”

Singkat cerita, setelah kejadian itu, terjadi perubahan mencolok pada keduanya. Si miskin yang enggan bersyukur semakin jatuh dalam kemiskinan, sementara si kaya yang selalu bersyukur semakin dilimpahi keberkahan dan kebahagiaan dalam hidupnya.

Bentuk-Bentuk Syukur

Syukur bukan hanya dalam bentuk ucapan, tetapi juga dalam tiga aspek utama:

  1. Syukur dengan hati: Meyakini bahwa semua nikmat berasal dari Allah Swt, bukan dari usaha atau kecerdasan sendiri.
  2. Syukur dengan lisan:  Mengucapkan kalimat pujian kepada Allah Swt, seperti Alhamdulillah atas segala karunia-Nya.
  3. Syukur dengan perbuatan:  Menggunakan nikmat yang diberikan untuk hal-hal yang baik dan bermanfaat, seperti menyedekahkan harta bagi yang membutuhkan.

Dalam hadis, Rasulullah Aaw bersabda:

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

“Sungguh menakjubkan perkara orang mukmin. Sesungguhnya segala urusannya adalah baik, dan itu tidak dimiliki oleh siapa pun selain orang mukmin. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur, maka itu baik baginya. Jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, maka itu pun baik baginya.” (H.R. Muslim No. 2999)

Hadis ini menunjukkan bahwa orang beriman selalu dalam kebaikan—baik saat mendapat nikmat maupun cobaan—karena sikap syukur dan sabarnya.

Hikmah dari Kisah Nabi Musa

Kisah Nabi Musa dengan si kaya dan si miskin mengandung beberapa pelajaran berharga:

  1. Bersyukur adalah kunci bertambahnya nikmat. Si kaya yang bersyukur semakin kaya dan hidup bahagia.
  2. Mengeluh dan kufur nikmat hanya akan menambah penderitaan. Si miskin yang tidak mau bersyukur justru semakin miskin.
  3. Bersyukur tidak bergantung pada kondisi. Kaya atau miskin, semua harus tetap bersyukur atas apa yang telah Allah Swt. berikan.
  4. Setiap manusia telah diberi nikmat sesuai bagiannya. Bukan hanya harta yang bernilai, tetapi juga kesehatan, keselamatan, ilmu, dan keimanan.

Kesimpulan

Sebagai muslim, kita harus selalu melatih diri untuk bersyukur dalam segala keadaan. Jangan menunggu memiliki banyak harta untuk bersyukur, karena syukur yang sejati bukan soal jumlah nikmat, tetapi bagaimana kita menghargai dan menggunakannya dengan bijak.

Allah Swt. telah berjanji dalam firman-Nya:

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ

“Maka ingatlah Aku, niscaya Aku akan mengingat kalian. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kalian mengingkari (nikmat-Ku).” (Al-Baqarah: 152)

Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang pandai bersyukur dan senantiasa mendapatkan keberkahan dari Allah Swt. Amin.

(Dwi Taufan Hidayat)

Related Articles

Back to top button