Hikmah di Balik Penampilan: Menilai dengan Hati, Bukan Mata

Salafusshalih.com – Kita sering kali tergesa-gesa dalam menilai seseorang hanya dari apa yang tampak di luar. Padahal, penampilan bukanlah ukuran sejati dari hati dan karakter seseorang. Apa yang terlihat menarik dan meyakinkan belum tentu baik, dan apa yang tampak sederhana belum tentu tidak berharga.
Seperti lengkuas yang sering dikira daging, begitu pula manusia. Ada yang tampak berwibawa, berpakaian rapi, dan berbicara indah, tetapi hatinya penuh kebohongan dan tipu daya. Sebaliknya, ada yang terlihat biasa saja, sederhana, atau bahkan terkesan tidak berkelas, tetapi hatinya bersih dan penuh ketulusan.
1. Kemuliaan Manusia Ditentukan oleh Ketakwaan, Bukan Penampilan
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Al-Hujurat: 13)
Ayat ini menegaskan bahwa bukan harta, rupa, atau status sosial yang menjadikan seseorang mulia, melainkan ketakwaannya kepada Allah. Manusia sering kali tertipu oleh penampilan luar, padahal hakikat seseorang hanya Allah yang mengetahui.
2. Allah Tidak Melihat Rupa, tetapi Hati dan Amal
Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat hati dan amal kalian.” (H.R. Muslim No. 2564)
Hadis ini menjadi peringatan agar kita tidak mudah menilai seseorang hanya dari tampilan luar. Sebab, apa yang tampak indah belum tentu memiliki nilai di sisi Allah, dan apa yang tampak sederhana belum tentu hina.
3. Kisah Nabi Musa dan Khidir: Jangan Cepat Menghakimi
Dalam Al-Qur’an, kisah Nabi Musa dan Khidir mengajarkan bahwa penilaian manusia yang terburu-buru sering kali keliru. Nabi Musa awalnya tidak memahami tindakan-tindakan Khidir yang tampak aneh dan bahkan bertentangan dengan logika, seperti melubangi kapal, membunuh seorang anak, dan membangun kembali dinding yang hampir roboh tanpa meminta upah.
Namun, di akhir perjalanan, Nabi Musa memahami bahwa setiap tindakan Khidir memiliki hikmah mendalam dan merupakan perintah dari Allah (Al-Kahfi: 60-82). Kisah ini mengajarkan bahwa sesuatu yang tampak buruk di luar belum tentu buruk pada hakikatnya, begitu pula sebaliknya.
4. Jangan Terjebak dalam Kemunafikan yang Menipu
Allah juga memperingatkan tentang orang-orang munafik yang sering kali terlihat baik di luar, tetapi hatinya penuh kebusukan:
وَإِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ وَإِنْ يَقُولُوا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ ۖ كَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُسَنَّدَةٌ ۖ يَحْسَبُونَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْ ۚ هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ ۚ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ ۖ أَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ
“Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh mereka mengagumkanmu. Dan jika mereka berbicara, kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka bagaikan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa setiap teriakan ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya), maka waspadalah terhadap mereka. Semoga Allah membinasakan mereka! Bagaimana mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)?” (Al-Munafiqun: 4)
Ayat ini menunjukkan bahwa penampilan luar bisa sangat menipu. Orang-orang munafik tampak meyakinkan dalam bicara dan postur tubuhnya, tetapi hakikat mereka penuh kebohongan dan kelemahan.
5. Perumpamaan Manusia yang Bermanfaat Versus Tidak Bermanfaat
Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ مَثَلَ الْمُؤْمِنِ كَمَثَلِ شَجَرَةِ النَّخْلَةِ، مَا أَخَذْتَ مِنْهَا مِنْ شَيْءٍ نَفَعَكَ
“Perumpamaan seorang mukmin itu seperti pohon kurma. Apa saja yang kamu ambil darinya, pasti bermanfaat bagimu.” (H.R. Tirmizi No. 2851, dinilai sahih oleh Al-Albani)
Sebaliknya, orang yang hanya mempercantik penampilannya tetapi tidak memberi manfaat ibarat pohon yang tampak subur tetapi tidak berbuah.
Kesimpulan
- Jangan menilai seseorang hanya dari penampilannya. Penampilan bisa menipu, tetapi hati dan amal perbuatanlah yang menentukan nilai seseorang di sisi Allah.
- Kemuliaan manusia terletak pada ketakwaannya, bukan pada rupa atau kekayaannya. Allah hanya memuliakan mereka yang bertakwa dan berbuat baik kepada sesama.
- Jangan tergesa-gesa menghakimi. Seperti dalam kisah Nabi Musa dan Khidir, tidak semua yang tampak buruk benar-benar buruk, dan tidak semua yang terlihat baik benar-benar baik.
- Orang yang bermanfaat ibarat pohon kurma yang terus memberikan manfaat. Sementara orang yang hanya mementingkan diri sendiri tetapi tampak indah dari luar, ibarat kayu kering yang tidak berguna.
Doa agar Dijauhkan dari Sikap Mudah Menghakimi
Sebagai penutup, mari kita berdoa agar selalu diberikan hati yang jernih dan tidak mudah menilai orang lain hanya dari penampilan:
اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الَّذِينَ يَنْظُرُونَ بِقُلُوبِهِمْ وَلَا يَنْخَدِعُونَ بِالظَّوَاهِرِ، وَارْزُقْنَا حُسْنَ الظَّنِّ بِعِبَادِكَ وَتَوَاضُعَ الْقُلُوبِ
“Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang melihat dengan hati dan tidak tertipu oleh penampilan luar. Berikanlah kami prasangka baik terhadap sesama hamba-Mu dan hati yang rendah hati.” Amin.
(Dwi Taufan Hidayat)