Etika Islam dalam Bersin dan Menguap
Salafusshalih.com – Salah satu hal yang ada dalam setiap diri manusia adalah bersin dan menguap. Setiap manusia pasti pernah mengalami bersin dan menguap. Walaupun merupakan hal yang lumrah terjadi dan terkadang disepelekan banyak orang. Ternyata Islam juga mengatur etika bersin dan menguap, maka pahamilah!
Islam adalah agama kafah, agama yang mengatur segala lini kehidupan manusia termasuk dalam urusan bersin dan menguap. Terkait etika bersin dan menguap ini, perhatikanlah hadis berikut ini,
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعُطَاسَ وَيَكْرَهُ التَّثَاؤُبَ فَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ فَحَقٌّ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ سَمِعَهُ أَنْ يُشَمِّتَهُ وَأَمَّا التَّثَاوُبُ فَإِنَّمَا هُوَ مِنَ الشَّيْطَانِ فَلْيَرُدَّهُ مَا اسْتَطَاعَ فَإِذَا قَالَ هَا ضَحِكَ مِنْهُ الشَّيْطَانُ
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyukai bersin, dan membenci menguap. Maka apabila seseorang bersin kemudian membaca alhamdulillah, maka wajib bagi orang yang mendengarnya untuk mendoakannya. Adapun menguap itu dari setan, maka tolaklah sebisa mungkin, dan apa bila dia berkata, ‘Haa (suara menguap),’ maka setan akan menertawakannya.”
Dari hadis ini, jelas bahwa Allah menyukai bersin dan tidak menyukai menguap. Adapun etika bersin yang sesuai Islam adalah berikut
Pertama, orang yang bersin mengucapkan “Alhamdulillah”
Kedua, jika ada orang yang mendengar orang yang bersin, disunahkan untuk mendoakan orang yang bersin dengan mengucapkan, Yarhamukallah. Diceritakan pernah ada dua orang sahabat yang bersin di hadapan Rasulullah, lantas Rasulullah hanya mendoakan salah satunya saja. Para sahabat bertanya, “mengapa hanya satu yang didoakan,?” Rasulullah menjawab,
إِنَّ هَذَا حَمِدَ اللَّهَ وَلَمْ تَحْمَدِ اللَّهَ
Artinya: “Sesungguhnya laki-laki ini memuji Allah (membaca hamdalah usai bersin), sedangkan kamu tidak memuji Allah (usai bersin).”
Ketiga, orang yang bersin ketika mendengar ada yang mendoakan maka menjawab dengan ucapan Yahdikumullah Wa Yushlihu Balakum
Adapun etika menguap adalah dengan meletakkan tangan pada mulut, serta menahannya sebisa mungkin, sebagaimana Imam Bukhari RA menyebutkan pada salah satu bab di kitab sahihnya. Wallahu A’lam.
(Ahmad Khalwani)