Hidup Hanya Sekali, Sayang Bila Tak Berarti
Salafusshalih.com – Hidup hanya sekali, jangan sampai salah jalan. Banyak orang terlena dalam kenyamanan dunia, padahal hakikatnya hidup ini hanya mampir untuk diuji.
Maka, sebagaimana ungkapan Jawa, “Urip sepisan kudu sing bener”—hidup sekali harus benar, harus sungguh-sungguh dipakai untuk kebaikan.
Allah Swt. mengingatkan kita lewat firman-Nya:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّ وَعْدَ ٱللَّهِ حَقٌّ ۖ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا ۖ وَلَا يَغُرَّنَّكُم بِٱللَّهِ ٱلْغَرُورُ
“Wahai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar. Maka janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan janganlah (setan) yang pandai menipu memperdayakan kamu tentang Allah.” (Fathir: 5)
Dunia ini fana. Harta, jabatan, dan gemerlapnya hanya sekejap. Jangan sampai terjebak dalam kejar-kejaran kosong yang membuat lupa pada tujuan sejati: rida Ilahi dan hidup penuh makna.
⚠️ Hidup sekali, harus berarti.
⚠️ Hidup sesaat, harus bermanfaat.
⚠️ Hidup sebentar, harus benar.
Seperti petuah leluhur kita: Urip mung mampir ngombe—hidup ini hanya singgah sebentar, seperti musafir yang meneguk air lalu melanjutkan perjalanan. Maka jangan habiskan hidup dalam kelalaian dan dosa. Doa kita sebaiknya tak pernah putus:
“Ya Allah, sadarkanlah kami akan singkatnya hidup ini. Jauhkan kami dari lisan dan perbuatan yang menjerumuskan pada dosa. Jagalah hati, pikiran, dan langkah kami menuju kebaikan. Amin.”
Mari hidupkan malam dengan salat Tahajud amalan sunah lainnya. Amalan-amalan ringan, tapi bernilai tinggi untuk menjemput cinta dan ampunan-Nya.
Jangan tunda menjadi lebih baik. Karena kesempatan itu tidak selalu datang dua kali. Dan hidup yang benar tidak hanya membahagiakan diri sendiri, tetapi juga menerangi jalan orang lain.
(Ustadz Soedjono, M.Pd.)