Mujadalah

Kelompok Radikal dan Wahabi Susah Menerima Kritik, Mengapa?

Salafusshalih.com – Banyak kritikus yang melontarkan kritik terhadap kelompok radikal, bahkan akhir-akhir ini kelompok Wahabi. Saya tidak menyalahkan kritik yang mereka kemukakan. Hanya saja yang terbersit di benak saya, apakah kritik itu dapat membukakan kesadaran kelompok radikal dan Wahabi untuk kembali ke jalan yang benar?

Sejauh yang saya amati, sepertinya jauh dari kata iya kelompok radikal dan Wahabi kembali ke jalan yang benar: jalan yang moderat yang tidak cenderung berat sebelah, melainkan berada di jalan tengah. Lalu, apa yang keliru dari kritik tersebut, sehingga nasihat susah masuk dan mengetuk hati mereka? Apakah mereka sudah tertutup mata hatinya? Ataukah mereka sadar, tapi pura-pura tidak melihat kebenaran?

Sebenarnya sadar atau tidak itu bukan tanggung jawab kritikus. Mereka hanya berdakwah sesuai kemampuannya. Mereka punya kemampuan menyampaikan kritik atau dakwah lewat tulisan maka mereka lakukan. Mengenai kesadaran orang yang diberi nasihat itu kembali kepada hak prerogatif Tuhan, karena Dia seorang yang memiliki hidayah.

Jika hidayah itu hak prerogatif Tuhan, berarti manusia tidak punya kebebasan dalam berbuat dan memilih? Pertanyaan ini sebenarnya sudah banyak dibahas dalam perdebatan kelompok teologi, di antaranya, kelompok Qadariyah dengan Jabariyah. Tapi, yang masuk akal adalah gagasan kelompok Qadariyah yang menyebutkan bahwa segala perbuatan manusia kembali kepada kehendak mereka sendiri. Di situ tidak ada campur tangan Tuhan.

Melalui gagasan Qadariyah, saya dapat menggarisbawahi bahwa sadar dan tidaknya kelompok radikal dan Wahabi sebenarnya kembali kepada diri mereka sendiri. Jika mereka hidup untuk mencari kebenaran, niscaya mereka akan dipertemukan dengannya. Sebaliknya, jika mereka hidup sebatas kepentingan praktis seperti uang dan jabatan, niscaya mereka akan mendapatkannya, meski mereka tidak bakal mendapatkan hidayah.

 

Terus, apakah kritik terhadap kelompok radikal dan Wahabi masih dibutuhkan? Yang jelas kritik itu tak lain dan tak bukan adalah nasihat. Nasihat merupakan sesuatu yang penting disampaikan, meskipun yang menerimanya tidak mengindahkan. Maka, kritik terhadap kelompok sesat hendaknya terus dilakukan tanpa batas waktu. Kritik itu akan berdaya guna, meski tidak harus sekarang juga.

Sesuatu yang penting diperhatikan ketika menyampaikan kritik adalah sampaikan kritik dengan hati yang tulus. Kata Prof. Nasaruddin Umar, sesuatu yang disampaikan dengan hati akan diterima dengan hati pula. Kritik yang tulus dapat dilihat dari cara penyampaiannya: jika kritik disampaikan dengan kata-kata yang santun dan anti-pemaksaan, maka kritik itu dapat dibenarkan. Model kritik yang santun persis seperti dakwah Nabi Muhammad SAW di depan kafir Quraisy.

Sebagai penutup, pemberi kritik dan pendengarnya hendaknya sama-sama punya tujuan yang sama, yaitu meraih kebenaran. Jika kesamaan tujuan ini bertemu, maka hidayah dengan sendirinya akan bertandang di hati yang tulus. Bersyukurlah mereka yang menggapai kebenaran bukan atas dasar paksaan.

(Khalilullah)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button