Fikih

Perhatikan Etika Islam Berikut Ini Bagi Para Pelantun Adzan!

Salafusshalih.com – Salah satu syiar Islam yang mungkin paling kita dengar setiap hari adalah azan. Azan dalam Islam setidaknya dikumandangkan 5 kali sehari. Dalam syariat Islam, azan digunakan sebagai tanda telah masuk waktu shalat baik itu zuhur, asar, mashrib, isya dan subuh. Tentu pagi pelantun azan harus memahami etika-etika ketika mengumandangkan azan. Dan berikut etika bagi para pelantun azan.

Imam Al Ghazali, seorang fakih dan juga sufi abad pertengahan menjelaskan setidaknya ada 5 etika yang perlu diketahui bagi para pelantun azan.

آداب الأذان: يكون المؤذن عارفا بوقته في الصيف وفي الشتاء ، غاضا لطرفه عند صعوده المنارة ، ويلتفت في أذانه عند النداء بالصلاة والفلاح ، ويرتل الآذان ، وينحدر في الإقامة.

Artinya, “Adab mengumandangkan adzan, yaitu muadzin harus tahu kapan waktu mengumandangkan adzan, baik di musim panas maupun dingin, berhati-hati ketika naik ke atas menara adzan, menoleh ke kanan dan ke kiri ketika sampai pada “hayya ‘alash shalah hayya alal falah”, mengalunkan dengan tartil, dan membaca iqamah dengan cepat”.

Dari keterangan ini menjadi jelas tentang beberapa etika ketika hendak melantunkan azan.

Pertama, seorang pelantun azan harus tau waktu shalat, jangan sampai mengumandangkan azan sebelum waktunya. Karena hal ini akan mengakibatkan shalat seseorang tidak sah. Dan ketika malantunkan azan mahrib terlalu cepat bisa membatalkan orang yang berpuasa, apabila ketika mendengar puasa langung menyantap hidangan.

Kedua, berhati-hatilah ketika naik keatas menara untuk azan.

Ketiga, menoleh kekanan dan kekiri saat melantunkan “hayya ‘alash shalah hayya alal falah”.

Keempat mengalunkan dengan tartil.

Dan kelima, membaca iqamah dengan cepat.

Bagi para pelantun azan ini penting sekali memahami etika diatas. Nabi Muhammad sendiri menjanjikan pahala yang luar biasa bagi para pelantun azan, diantara didoakan Rasulullah mendapatkan ampunan.

فَأَرْشَدَ اللَّهُ الْأَئِمَّةَ وَ غَفَرَ لِلْمُؤَذِّيْنَ

Artinya: “Semoga Allah meluruskan para imam dan mengampuni para muadzin” (HR. Ibnu Hibban).

Demikianlah etika yang harus diperhatikan bagi para pelantun azan, Wallahu A’lam Bishowab.

(Ahmad Khalwani)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button