Siap Siaga Mengawal Kesucian HUT Kemerdekaan RI Dari Ancaman Radikalisme
Salafusshalih.com – HUT Kemerdekaan RI sebentar lagi akan dirayakan oleh seluruh rakyat Indonesia. Hari yang setiap tahun diperingatkan sebagai bentuk rasa hormat kepada para pahlawan yang telah gugur atas pengorbanannya demi memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini. Sudah sepatutnya sebagai warga negara yang baik, kita harus menjaga kesucian hari kemerdekaan tersebut.
Perayaan HUT Kemerdekaan RI ini juga bisa dimanfaatkan oleh radikalis dalam melakukan aksinya yang bisa merusak keharmonisan perayaan tersebut. Aparat TNI dan Kepolisian sudah pasti menjadi pihak yang selalu siap siaga secara fisik menjaga keamanan perayaan HUT kemerdekaan. Lalu, sebagai warga negara yang baik, seperti apa kontribusi yang bisa kita berikan untuk mengawal kesucian HUT Kemerdekaan negara kita?.
Imam Jalaluddin Al-Suyuthi dalam kitabnya Al-Tausyih Syarh Jami Al-Shahih menyebutkan sebuah cerita dalam kisah hidup Rasulullah SAW: Bercerita kepadaku Sa’id ibn Abi Maryam, bercerita padaku Muhammad bin Ja’far, ia berkata: mengkabarkan padaku Humaid, bahwasannya ia mendengar Anas RA berkata: Nabi SAW ketika kembali dari bepergian, dan melihat tanjakan-tanjakan Madinah beliau mempercepat laju untanya. Apabila beliau menunggangi unta maka beliau menggerakkanya. Berkata Abu Abdillah: Harits bin Umair, dari Humaid: beliau menggerakkannya (untuk mempercepat) karena kecintaan beliau pada Madinah. Bercerita kepadaku Qutaibah, bercerita padaku Ismail dari Humaid dari Anas, ia berkata: dinding-dinding. Harits bin Umair mengikutinya.” (Jalaluddin Al-Suyuthi, Al-Tausyih Syarh Jami Al-Shahih, Riyad, Maktabah Al-Rusyd, 1998, Juz 3, hal. 1360).
Baginda Nabi pun telah menunjukkan dalam hidupnya bahwa beliau mencintai Kota Madinah layaknya kampung halamannya sendiri. Teladan dari cerita tersebut bisa kita implementasikan dengan menyesuaikan kondisi dan situasi di zaman sekarang yang penuh dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Sebagai bagian dari penerus roda perjuangan NKRI, generasi muda harus bisa menjaga tanah air ini dari ancaman dalam bentuk apapun.
Jika kita mengilas balik sejarah, kemerdekaan Negara Indonesia bisa terjadi berkat inisiasi dari pemuda yang berani mengambil tindakan cepat ketika melihat peluang terbaik muncul. Inisiasi pemuda dalam meminta dan membawa Bung Karno dan Bung Hatta pada saat itu merupakan sejarah tidak terlupakan yang membuktikan generasi muda adalah kunci masa depan bangsa tercinta kita.
Oleh karena itu, jangan sampai generasi muda sekarang tidak bisa melihat peluang untuk melindungi keutuhan NKRI melalui peringatan Hari yang diingat sebagai tanda bahwa Negara Indonesia telah lahir di dunia.
Lahirnya bibit radikalisme yang tidak bisa ditebak arah datangnya merupakan tantangan generasi muda sekarang yang harus dipersiapkan menjelang tanggal 17 Agustus tiba. Jika kita mengambil pelajaran dari kasus terorisme yang terjadi di Indonesia, begitu banyak yang bisa mengancam pola pikir masyarakat menjadi radikal. Bom bunuh diri, penyerangan terhadap aparat, atau doktrin langsung ke pemikiran masyarakat adalah ancaman yang bisa membahayakan pada saat hari kemerdekaan nanti.
Sebelum siap untuk mengawal HUT Kemerdekaan RI, generasi muda di Indonesia mesti mengasah kemampuannya terlebih dahulu. Ibarat mengasah pedang sebelum bertempur, generasi muda harus paham lebih dahulu definisi dasar mengenai paham radikalisme, ekstremisme dan terorisme. Kecerdasan intelektual menjadi pedang tertajam untuk melawan semua itu karena negara barat pun sangat cerdas dalam memanipulasi fakta yang terjadi di lapangan.
Mari kita cermati baik-baik, mengapa ISIS bisa sangat ekstrem memaksakan ideologinya hingga sampai menggunakan cara kekerasan?. Mereka sampai berani juga membawa nama tauhid dan jihad yang diajarkan oleh Rasulullah SAW padahal apa yang mereka lakukan bertolak belakang. Inilah tipu daya negara barat seperti contohnya Amerika Serikat yang selalu menjadi dalang terbentuknya stigma Islam menjadi buruk.
Amerika Serikat adalah negara adidaya yang bisa melakukan apapun termasuk memanipulasi orang yang tergabung dalam ISIS menjadi menyimpang dari ajaran Rasulullah SAW. Mereka menggunakan cara licik melalui doktrin keliru mengenai arti sebenarnya dari jihad. Mereka seolah tahu dan mengajarkan seperti apa jihad yang dilakukan oleh Baginda Rasul padahal sebenarnya tidak. Karena mereka tidak tahu, mereka memanfaatkan kurangnya pengetahuan mengenai arti jihad untuk memanipulasi esensi dari jihad itu.
Alhasil, seperti yang sudah kita lihat, kelompok ISIS melakukan aksi brutal dengan doktrin dari Amerika Serikat yang dibawa. Seolah-olah ingin menekankan kekerasan dalam perang pada masa perjuangan Rasulullah SAW, ISIS ingin menunjukkan itu kepada dunia. Pemerintah Indonesia mesti cepat mengambil tindakan preventif untuk mencari bibit-bibit ISIS yang tersembunyi di Indonesia. Sebab, jika cepat ketahuan, masih ada harapan dan waktu sebelum 17 Agustus datang.
Edukasi kepada bibit ISIS ini merupakan tindakan pencegahan efektif , terlebih lagi dibantu oleh peran ulama yang bisa meluruskan pemikiran yang keliru. Ini bisa menjadi kesempatan bagi generasi muda untuk belajar dengan ulama bagaimana memberikan edukasi mengenai bahaya radikalisme. Bibit ISIS yang diamankan bisa menjadi objek pembelajaran untuk generasi muda untuk melatih mereka bagaimana merehabilitasi orang yang terpapar paham radikalisme dengan bimbingan para ulama.
Kehadiran peran ulama sebagai mentor generasi muda menjadi cara terbaik untuk mengasah kemampuan mereka sebelum siap melindungi keutuhan NKRI. Ini bisa menjadi ikhtiar jangka panjang karena tidak ada yang tahu kapan lagi bibit radikalisme akan muncul kembali di lingkungan tanah air. Pembelajaran jangka panjang bersama para ulama ini yang harus didukung pemerintah dan para orangtua. Karena hasilnya nanti generasi muda yang beraksi untuk negara dalam pemberantasan radikalisme yang ada di Indonesia.
Jika generasi muda berhasil melakukan tahap pelatihan ini, bukan tidak mungkin perayaan HUT Kemerdekaan RI bisa diselenggarakan dengan khitmat dan aman. Sudah menjadi kewajiban kita bersama untuk mengawal perayaan hari raya tersebut. Sebab, jika seandainya para pahlawan yang telah gugur tahu generasi mudanya bisa mengambil peran mulia ini, mereka akan sangat senang. Tanggal 17 Agustus hanya menunggu hitungan hari, mari bersama-sama kita kawal perayaan HUT Kemerdekaan RI dari ancaman radikalisme.
(M. Ridho Hardisk Pratama)