Inilah 6 Etika Minum Sesuai Ajaran Rasulullah
Salafusshalih.com – Nabi Muhammad adalah teladan bagi umat dalam segala tindakan dan perbuatan. Segala aktivitas dalam kehidupan ini telah diteladankan dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad, termasuk hal yang kelihatannya sepele seperti memotong kuku, masuk jamban dan cara minum. Dan berikut 6 etika minum sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad
Pertama, minumlah dengan menggunakan tangan kanan. Nabi Muhammad bersabda
لا يأكلن أحدكم بشمال ولا يشربن بها فإن الشيطان يأكل بشماله ويشرب بها
Artinya: “Janganlah salah seorang dari kalian makan dan minum dengan tangan kiri. Sungguh Setan/Iblis makan dan minum dengan tangan kiri.” [HR. Mundziri]
Etika minum kedua adalah minum dengan keadaan duduk. Sahabat Anas bin Malik meriwayatkan sebuah hadis bahwa Rasulullah melarang umatnya untuk minum sambil berdiri
أنه نهى أن يشرب الرجل قائما، قال قتادة: فقلنا فالأكل، فقال: ذاك أشر أو أخبث
Artinya: “Sungguh Rasulullah melarang minum dalam keadaan berdiri.” Sahabat Qatadah lantas bertanya, “Lantas bagaimana dengan makan?” Rasulullah pun menjawab, “Hal tersebut (makan dalam kondisi berdiri) lebih buruk.” [HR. Muslim]
Ketiga Mengucapkan Basmalah sebelum minum
Etika keempat adalah minum dengan bertahap bukan dengan tegukan. Nabi Muhammad bersabda
مصوا الماء مصا ولا تعبوه عبا فإن الكباد من العب
Artinya: “Hiruplah air dengan perlahan-lahan, jangan kau teguk dengan kuat, karena hal itu menyebabkan penyakit lambung.” [HR. Thabrani]
Kelima, tidak bernafas ketika minum. Terkait hal ini Rasulullah bersabda
إذا شرب أحدكم فلا يتنفس في الإناء فإذا أراد أن يعود فلينح الإناء ثم ليعد إن كان يريد
Artinya: “Jika salah seorang dari kalian minum, janganlah kau hembuskan nafas di air minum. Jika kau menginginkannya, maka hembuskan nafasmu di luar air minum tersebut. Kemudian lanjutkanlah minum jika menghendakinya.” [HR. Ibnu Majah]
Dan Etika Minum yang terakhir adalah membaca doa setelah minum.
Semoga dengan melaksanakan 6 etika minum ini kita akan dicatat sebagai pengikut Nabi Muhammad dan berhak mendapatkan syafaat kelak di hari akhir.
(Ahmad Khalwani)