Inilah Momen yang Tepat Kelompok Radikal Refleksi di Malam Lailatul Qadar
Salafusshalih.com – Pada saat memasuki bulan suci Ramadhan hampir seluruh umat Islam berlomba-lomba memperbanyak kebaikan. Ada yang mengkhatamkan (menuntaskan bacaan) Al-Qur’an. Ada yang bertadarus (membaca Al-Qur’an bersamaan dan bergantian). Ada yang berderma semampunya, bahkan sebanyak mungkin. Ada lagi yang fokus beribadah, semisal shalat tarawih, kerja keras, dan menghadirkan kesenangan dalam hati akan hadirnya Ramadhan ini.
Selain beberapa model kebaikan tersebut, ada ibadah yang paling diburu oleh umat Islam ketika Ramadhan tiba, yaitu momen Lailatul Qadar. Lailatul Qadar merupakan malam paling istimewa setahun sekali di bulan Ramadhan, tepatnya sepuluh hari terakhir. Lailatul Qadar ini memiliki keutamaan yang tidak ditemukan di malam-malam selainnya. Tidak heran jika umat Islam meluangkan waktu untuk menanti kehadiran malam tersebut.
Lailatul Qadar diburu kehadirannya disebabkan ia memiliki keutamaan. Keutamaan ini dapat menentukan masa depan seseorang. Apakah dia bakal jadi manusia yang lebih baik dibandingkan yang lalu atau sebaliknya? Saya kira, Lailatul Qadar juga dapat dijadikan langkah terbaik bagi kelompok radikal untuk memburunya, agar mereka dapat menyadari apakah perbuatan radikalisme itu dibenarkan oleh agama atau tidak?
Keutamaan Lailatul Qadar meliputi: Pertama, dapat menghapus dosa yang telah lalu. Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa beribadah di malam Lailatul Qadar dengan rasa iman dan mengharap pahala dari Allah, ia akan diampuni dosanya yang telah lalu” (HR. Bukhari dan Muslim). Dosa ini sebenarnya banyak macamnya. Salah satunya, dosa sosial radikalisme. Perlu kelompok radikal mencuci diri pada Lailatul Qadar dari dosa-dosa radikalisme yang telah mereka lakukan.
Kedua, Lailatul Qadar menjadi malam yang tidak dapat diganggu setan. Disebutkan dalam surah al-Qadr ayat 5, “Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar“. Maksudnya, Lailatul Qadar penuh keselamatan di mana setan tidak dapat berbuat apa-apa di malam tersebut, baik berbuat jelek atau mengganggu yang lain. Maka dari itu, ini momen yang tepat bagi kelompok radikal untuk merefleksikan perbuatan masa lalunya, apakah radikalisme dibenarkan oleh agama atau tidak? Dengan tidak diganggu setan, kelompok radikal akan menemukan titik terang terkait pemahaman masa lalunya.
Ketika kelompok radikal menyadari kekeliruan radikalisme, maka mereka akan kembali ke jalan yang benar, yaitu jalan yang diridhai Allah. Disebutkan dalam surah al-Fajr ayat 27-28: “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.” Manusia yang diridhai Allah tentu bukan makhluk yang sembarang. Mereka pasti memiliki bekal amal yang diterima oleh Allah.
Ketiga, Lailatul Qadar menjadi penentuan takdir tahunan. Disebutkan dalam al-Dukhan ayat 4: “Pada malam itu, dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” Ibnu Katsir menjelaskan maksud ayat ini bahwa pada Lailatul Qadar akan dirinci di Lauhul Mahfuzh mengenai penulisan takdir dalam setahun, juga akan dicatat ajal dan rezeki. Dan juga akan dicatat segala sesuatu hingga akhir dalam setahun.
Takdir ini adalah masa depan seseorang. Meskipun masa lalunya kurang bagus sebab terpapar radikalisme, jika seseorang itu fokus beribadah di malam Lailatul Qadar dan diterima segala ibadahnya, maka ia akan meraih takdir baik di masa depan. Bisa jadi takdir baik itu berupa kesadaran akan kekeliruan radikalisme. Bisa jadi pula takdir baik berupa terhapusnya segala dosa di masa lalu, sehingga berefek positif terhadap masa depannya.
Sebagai penutup, umat Islam, terutama kelompok radikal hendaknya berlomba-lomba memperbanyak ibadah pada Lailatul Qadar. Agar mereka dapat meraih hidayah yang menyadarkan mereka tentang kekeliruan radikalisme. Lebih dari itu, mereka akan menjadi pribadi yang punya masa depan yang cemerlang.
(Khalilullah)