Inilah Pentingnya Berdakwah Kepada Keluarga
Salafusshalih.com – Salah satu hal yang wajib dilakukan sebagai anggota keluarga adalah saling menjaga dan menghindarkan diri dari api neraka. Keluarga adalah miniatur kehidupan bermasyarakat. Pada umumnya, kebaikan dan kesuksesan seseorang di masyarakat sangat bergantung kepada kesuksesan ia dalam mengelola keluarganya. Begitu pentingnya sebuah keluarga, maka Islam mewajibkan untuk berdakwah kepada keluarga dulu sebelum kepada yang lainnya.
Kewajiban menjaga keluarga dari api neraka (kesengsaraan dunia dan akhirat) ini sangat tegas diperintahkan oleh Allah dalam Al-Quran.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS. At Tahrim: 6)
Salah satu upaya untuk menjaga keluarga dari kesengsaraan dunia dan akhirat adalah dengan berdakwah kepada keluarga. Berdakwah kepada keluarga ini amat penting untuk menjaga keimanan dan akidah mereka dari hal-hal yang merusaknya. Allah juga memerintahkan umat Islam untuk senantiasa berdakwah dan memberikan nasehat kepada keluarga agar keluarganya selalu menjalankan amar makruf nahi mungkar.
وَأَنذِرْ عَشِيرَتَكَ ٱلْأَقْرَبِينَ
Artinya: “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.” (QS. Asy-Syu’ara: 214)
Salah satu pentingnya berdakwah kepada keluarga untuk senantiasa berbuat kebaikan dan menjauhi kemaksiatan adalah karena keselamatan diri di dunia maupun di akhirat itu ditentukan oleh diri sendiri. Orang yang beriman dan banyak amalnya tidak bisa menolong anggota keluarganya yang tidak beriman. Oleh karenanya Nabi Muhammad pernah mengumpulkan keluarganya untuk senantiasa beriman dan tidak mengandalkan amal kebaikan keluarga atau nenek moyangnya. Nabi Muhammad menjelaskan bahwa keselamatan di dunia dan akhirat itu ditentukan diri sendiri.
يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ أَوْ كَلِمَةً نَحْوَهَا اشْتَرُوا أَنْفُسَكُمْ لَا أُغْنِي عَنْكُمْ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا يَا بَنِي عَبْدِ مَنَافٍ لَا أُغْنِي عَنْكُمْ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا يَا عَبَّاسُ بْنَ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ لَا أُغْنِي عَنْكَ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا وَيَا صَفِيَّةُ عَمَّةَ رَسُولِ اللَّهِ لَا أُغْنِي عَنْكِ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا وَيَا فَاطِمَةُ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَلِينِي مَا شِئْتِ مِنْ مَالِي لَا أُغْنِي عَنْكِ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا
Artinya: “Wahai orang-orang Quraisy, atau ucapan yang serupa dengannya, belilah diri kalian dari Allah. Saya tidak mampu menolong kalian sedikit pun dari Allah. Wahai Bani Abd Manaf, saya tidak mampu menolong kalian sedikit pun dari Allah. Wahai Abbas bin Abdul Muththalib, saya tidak mampu menolong kamu sedikit pun dari Allah. Duhai Shafiyah bibi Rasulullah, saya tidak mampu menolong kamu sedikit pun dari Allah. Wahai Fatimah binti Muhammad, mintalah kepadaku apa yang engkau inginkan dari hartaku, tetapi saya tidak mampu menolong kamu sedikit pun dari Allah (di hari kiamat kelak jika engkau tidak beriman).” (HR. Bukhari)
Dari keterangan ini menjadi jelas tentang pentingnya berdakwah kepada keluarga. Perlu diketahui bahwa pahala amal kebaikan itu tidak bisa diwariskan. Oleh karenanya, sayangilah keluarga dengan selalu menganjurkan amar ma’ruf nahi mungkar. Hal ini lantaran pahala nenek moyang tidak bisa diwariskan kepada anak keturunannya, kecuali ia sendiri senantiasa berbuat kebaikan dan menjauhi kemaksiatan. Wallahu A’lam Bishowab.
(Ahmad Khalwani)