Tsaqofah

Menyantap Hidangan Tuhan Selama Ramadhan di Mesir

Salafusshalih.com – Ramadhan 1445 sudah dimulai di seantero dunia. Beberapa negara di belahan barat sudah memulainya sejak Senin (11/3/2024), sedangkan sejumlah negara di belahan timur mengawalinya di hari Selasa (12/3/2024).

Ramadhan menghadirkan suasana yang khas di sejumlah wilayah, terlebih di Mesir yang menjadi salah satu pusat keislaman dunia. Atmosfer Ramadhan tentu sangat terasa berbeda dengan 11 bulan lainnya. Pasalnya, bulan istimewa ini disambut dengan gegap gempita oleh masyarakat Muslim di sana. Berbagai hiasan dan ornamen dipasang untuk menyambutnya.

Di Negeri Kinanah itu, khususnya di Kairo, menjelang senja di setiap bulan kesembilan ini menjadi waktu yang begitu ramai. Orang dari berbagai penjuru lalu-lalang berburu berkah Ramadhan. Ada yang sibuk berbelanja untuk berbuka bersama keluarga. Ada pula yang sibuk menyajikan sejumlah hidangan, sejumlah lainnya yang bersyukur mendapat sajian berbuka secara cuma-cuma. Mereka menduduki tempat yang sudah disediakan.

Sejumlah sajian memang dihidangkan begitu saja, memang sengaja disediakan secara khusus bagi sesiapa saja yang menginginkannya. Sajian demikian ini disebut sebagai Maidah al-Rahman.

Dijelaskan dalam Al-Arabiya bahwa hidangan yang disajikan sebagai Maidah al-Rahman sangatlah variatif, mulai dari masakan olahan ayam dan daging-dagingan untuk makanannya, hingga jus-jusan sebagai minuman, dan manisan untuk cemilannya.

Seluruh masakan itu disajikan sepanjang Ramadhan bagi para pekerja perusahaan dan bagi orang-orang berpuasa di luarnya. Apalagi bagi orang-orang fakir dan miskin, tentu Maidah al-Rahman menjadi sajian yang memang juga disediakan untuk mereka. Hal serupa juga tersaji di sejumlah masjid di Mesir, seperti Masjid Al-Azhar, Masjid al-Husein, Masjid Zainab, dan sebagainya. Pun kampus, kantor, dan lainnya.

 

Maidah al-Rahman

Secara litterlijk atau bahasa, Maidah al-Rahman berarti hidangan dari Tuhan yang Maha Pengasih. Maidah memiliki makna hidangan, sedangkan al-Rahman merupakan salah satu asmaul Husna yang berarti Maha Pengasih. Namun, merujuk Mena, istilah itu memang dikhususkan untuk sajian buka puasa bagi Muslim sepanjang bulan Ramadhan.

Secara lebih jauh, Pemerintah Kairo melalui situsweb resminya www.cairo.gov.eg menjelaskan bahwa istilah Maidah memang merujuk secara langsung pada nama surat kelima Al-Qur’an, al-Maidah. Hal ini sebagai bentuk ngalap berkah pada surat tersebut. Sementara lafal al-Rahman merupakan adopsi dari Asmaul Husna sebagai bentuk penegasan akan penting dan sucinya hal tersebut.

Namun, terjadi perbedaan pandangan di kalangan para ulama terkait sejarah awal mula adanya Maidah al-Rahman ini. Sebagian berpandangan bahwa hal tersebut sudah dimulai dan terinspirasi dari kisah masa lalu dari zaman Rasulullah atau eranya al-Laits bin Sa’ad, Ahmad bin Thulun, atau Harun al-Rasyid, atau bahkan pada masa Fatimiyah.

Namun, satu hal yang pasti, tradisi ini sudah diteladankan oleh Rasulullah saw manakala ia bersama Bilal bin Rabah mengirimkan hidangan berbuka dan sahur untuk penduduk Taif. Kemudian hal tersebut dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin dan para sahabatnya. Bahkan, Umar bin Khattab sampai membuat rumah tamu, Dar al-Dliyafah, bagi orang-orang berpuasa untuk berbuka.

Dari peristiwa itulah, seorang ulama ahli fiqih asal Mesir, al-Laits bin Sa’ad, kemudian biasa menyiapkan Maidah al-Rahman itu sepanjang bulan Ramadan. Hal itulah yang terus dilestarikan sampai saat ini.

(Redaksi)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button