Muhammadiyah: Gerakan Islam Modern Dengan Komitmen Pada Kemajuan
Salafusshalih.com – Muhammadiyah adalah salah satu organisasi Islam terbesar dan paling berpengaruh di Indonesia, bersama dengan Nahdlatul Ulama (NU). Didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada 18 November 1912, Muhammadiyah telah mencatat sejarah panjang sebagai gerakan Islam modern yang mengusung orientasi kemajuan di berbagai bidang, termasuk pendidikan, kesehatan, dakwah, dan pembangunan sosial.
Salah satu warisan terbesar Muhammadiyah adalah kontribusinya di dunia pendidikan. Organisasi ini mengelola lebih dari 5.000 sekolah dan 178 perguruan tinggi di Indonesia, yang terdiri dari 83 universitas, 53 sekolah tinggi, dan 36 institusi pendidikan lainnya. Berdasarkan survei Litbang Kompas, sebanyak 79,5 persen responden mengapresiasi peran Muhammadiyah dalam memajukan pendidikan di Tanah Air.
Namun, tantangan tetap ada. Akses pendidikan tinggi masih belum merata, terutama bagi masyarakat kurang mampu. Sanaul Laili, pengurus Lembaga Hikmah Kebijakan Publik PP Muhammadiyah, menyoroti bahwa pendidikan tinggi sering kali sulit diakses oleh mereka yang tidak memiliki sumber daya finansial yang memadai. Hal ini menjadi refleksi penting bagi Muhammadiyah untuk kembali pada teologi Al-Ma’un, yang menekankan pengabdian kepada mereka yang membutuhkan.
Sebagai gerakan ilmu, Muhammadiyah telah melahirkan banyak pemikir besar yang berkontribusi dalam memperkaya diskursus Islam dan kebangsaan. Tokoh seperti Buya Syafi’i Maarif, Kuntowijoyo, dan Prof. Amin Abdullah dikenal sebagai pemikir progresif yang gagasan-gagasannya tetap relevan hingga kini. Generasi muda Muhammadiyah, melalui Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah (JIMM), melanjutkan tradisi ini dengan mengkaji pemikiran Islam kontemporer untuk menjawab tantangan zaman.
Menurut Gus Ulil Abshar Abdalla, dunia pemikiran Muhammadiyah menunjukkan dinamika yang menarik dan menjadi salah satu kekayaan intelektual Islam di Indonesia. Ia juga menekankan pentingnya peran Muhammadiyah, bersama NU dan organisasi lain, untuk memperkuat kehadiran Islam Indonesia di panggung global. Meskipun Indonesia memiliki jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia, kontribusi intelektualnya di tingkat internasional masih minim.
Muhammadiyah menghadapi tantangan besar dalam menjaga relevansi pemikiran Islam moderat (washatiyah) di tengah perubahan zaman. Abdul Munir Mulkhan dalam penelitiannya mencatat bahwa keragaman di internal Muhammadiyah, seperti varian Muhammadiyah-NU (Munu), Marhaen-Muhammadiyah (Marmud), dan Muhammadiyah al-Ikhlas (Mukhlas), mencerminkan dinamika sehat yang memicu lahirnya gagasan baru.
Sebagai gerakan, etos keilmuan Muhammadiyah terus terjaga melalui diskusi dan seminar di berbagai forum, baik di internal organisasi maupun di perguruan tinggi. Namun, pemikiran progresif lebih banyak muncul sebagai inisiatif individu dibandingkan menjadi gerakan kolektif. Dinamika ini menjadi peluang sekaligus tantangan untuk mempertemukan berbagai arus pemikiran Islam yang kultural dan ideologis agar terus melahirkan inovasi.
Muhammadiyah diharapkan terus menjadi inspirasi bagi pengembangan civil society yang kuat, independen, dan berintegritas. Seiring dengan perjalanan panjangnya, organisasi ini tetap menjadi simbol harmoni antara keislaman, keindonesiaan, dan kebhinekaan. Dengan pengalaman Indonesia dalam mengelola hubungan agama dengan negara, mayoritas-minoritas, serta Islam dan demokrasi, Muhammadiyah memiliki potensi besar untuk berbagi model keberhasilan ini di panggung global.
Komitmen Muhammadiyah pada kemajuan dan pelayanan masyarakat akan terus menjadi inspirasi, tidak hanya bagi Indonesia, tetapi juga bagi dunia. Organisasi ini diharapkan mampu menjawab tantangan zaman dengan tetap berpegang pada nilai-nilai keislaman yang mendorong kemajuan umat dan bangsa.
(Redaksi)