Ulul Amri

Refleksi Hari Disabilitas Internasional, Belajar Dari Sejarah Nabi

Salafusshalih.com – Hari Disabilitas Internasional, yang diperingati setiap 3 Desember, adalah momentum berharga untuk memperkuat kesadaran akan pentingnya inklusi, penghormatan, dan penghargaan terhadap saudara-saudara kita yang hidup dengan disabilitas. Momen ini mengajarkan kita untuk lebih bersyukur atas karunia fisik dan akal dari Allah, sekaligus mengapresiasi perjuangan luar biasa para penyandang disabilitas dalam menghadapi tantangan hidup dengan ketabahan dan semangat.

Islam sendiri telah memberikan perhatian khusus terhadap kaum difabel, sebagaimana tercermin dalam Al-Qur’an Surah ‘Abasa ayat 1-10. Ayat-ayat ini mengisahkan Abdullah bin Ummi Maktum, seorang sahabat Rasulullah SAW yang tunanetra, yang diabadikan sebagai teladan dalam penghormatan terhadap kaum difabel:

Dia (Nabi Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya (Abdullah bin Ummi Maktum). Tahukah kamu barangkali dia ingin menyucikan dirinya (dari dosa), atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya? Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup (para pembesar Quraisy), maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada (cela) atasmu kalau dia tidak menyucikan diri (beriman). Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran), sedang dia takut (kepada Allah), maka kamu (Muhammad) mengabaikannya.”

Syaikh Wahbah Az-Zuhaili dalam Tafsir Al-Munir menjelaskan bahwa ayat ini turun sebagai teguran lembut kepada Rasulullah SAW ketika beliau sedang berdakwah kepada para tokoh Quraisy. Abdullah bin Ummi Maktum, seorang tunanetra yang juga sepupu Khadijah RA, meminta diajarkan ilmu agama, namun kehadirannya dianggap mengganggu momen dakwah tersebut. Allah menurunkan ayat ini untuk mengingatkan bahwa nilai manusia tidak dilihat dari status sosial atau fisik, melainkan dari ketakwaan dan keikhlasannya.

 

Abdullah bin Ummi Maktum adalah contoh nyata bagaimana seseorang dengan keterbatasan fisik dapat memberikan kontribusi besar. Ia pernah diangkat Rasulullah SAW sebagai pemimpin Madinah saat beliau bepergian, termasuk memimpin salat jamaah dan menyampaikan khutbah. Beliau juga dikenal sebagai salah satu muazin Rasulullah, bersama Bilal bin Rabah.

Aisyah RA meriwayatkan: “Abdullah bin Ummi Maktum adalah muazin Rasulullah SAW, meskipun ia seorang tunanetra.” (Adz-Dzahabi, Siyar A’lam An-Nubala, Juz 1, Hal. 362).

Dedikasinya yang luar biasa mengajarkan kita bahwa dengan keimanan dan usaha, setiap keterbatasan dapat diatasi, dan setiap individu memiliki peran penting dalam masyarakat.

Turunnya Surah ‘Abasa memberikan pesan mendalam bahwa perhatian terhadap kaum difabel adalah bagian dari nilai-nilai Islam yang luhur. Allah menegur Rasulullah SAW bukan karena mengabaikan seseorang, tetapi untuk mengajarkan bahwa setiap manusia layak mendapatkan perhatian dan penghargaan, tanpa memandang kondisi fisik atau status sosial.

Hari Disabilitas Internasional adalah pengingat bagi kita untuk terus mendukung dan memberi kesempatan kepada kaum difabel agar mereka dapat berkembang dan berkontribusi bagi masyarakat. Dalam Islam, penghormatan terhadap mereka bukan hanya tindakan mulia, tetapi juga perintah agama.

Mari kita jadikan momen ini sebagai langkah untuk memperkuat inklusi sosial, menumbuhkan rasa hormat, dan menciptakan lingkungan yang ramah bagi semua. Semangat dan dedikasi yang dicontohkan oleh Abdullah bin Ummi Maktum adalah teladan abadi bahwa setiap individu, apa pun kondisinya, memiliki potensi untuk membawa perubahan besar.

 

Hari Disabilitas Nasional adalah momentum yang tepat untuk merenungi makna inklusi, empati, dan penghormatan terhadap saudara-saudara kita yang hidup dengan disabilitas. Dalam kehidupan sehari-hari, kaum difabel kerap menghadapi stigma, diskriminasi, dan keterbatasan akses, baik secara fisik maupun sosial. Namun, melalui sejarah Nabi Muhammad SAW, Islam telah memberikan teladan mulia dalam memuliakan, mendukung, dan mengintegrasikan penyandang disabilitas sebagai bagian penting dari masyarakat.

Salah satu momen penting dalam sejarah Islam adalah turunnya Surah ‘Abasa ayat 1-10, yang menjadi pengingat bagi Rasulullah SAW tentang pentingnya menghormati semua individu, termasuk mereka yang memiliki keterbatasan fisik. Ayat ini mengisahkan Abdullah bin Ummi Maktum, seorang sahabat tunanetra yang datang meminta bimbingan Rasulullah di tengah pertemuan beliau dengan para pembesar Quraisy.

Meski Rasulullah kala itu berharap mendapat dukungan dari tokoh-tokoh Quraisy untuk dakwah Islam, Allah SWT mengingatkan bahwa setiap manusia memiliki nilai yang sama di hadapan-Nya, terlepas dari status sosial atau fisik. Pesan ini menggarisbawahi prinsip inklusi dan penghargaan terhadap semua individu, yang menjadi dasar penting dalam Islam.

Abdullah bin Ummi Maktum adalah sosok luar biasa yang menjadi contoh nyata bahwa keterbatasan fisik bukanlah halangan untuk berkontribusi. Ia diangkat Rasulullah SAW sebagai pemimpin Madinah saat beliau bepergian, memimpin salat jamaah, dan menyampaikan khutbah. Bahkan, ia juga menjadi salah satu muazin Rasulullah, bersama Bilal bin Rabah, yang mengumandangkan azan untuk menyeru umat kepada Allah.

 

Kisahnya mengajarkan kita bahwa keberanian, keimanan, dan ketekunan adalah kualitas utama yang harus dihormati, bukan sekadar kondisi fisik seseorang. Islam memberikan ruang bagi semua individu untuk berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat.

Refleksi Hari Disabilitas Nasional ini mengingatkan kita bahwa kaum difabel bukanlah kelompok yang harus dikasihani, tetapi individu yang memiliki potensi besar untuk memberikan kontribusi. Tantangan utama yang mereka hadapi bukan hanya keterbatasan fisik, melainkan juga kurangnya aksesibilitas dan penerimaan dari lingkungan sosial.

Sebagai masyarakat, kita memiliki tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang inklusif, ramah, dan mendukung. Dalam konteks ini, pembangunan infrastruktur yang aksesibel, kebijakan yang berpihak, serta perubahan pola pikir untuk menerima keberagaman menjadi langkah konkret yang harus dilakukan.

Sejarah Nabi Muhammad SAW mengajarkan kita untuk memandang manusia dari ketakwaannya, bukan dari kondisi fisiknya. Abdullah bin Ummi Maktum bukan hanya sahabat yang dihormati, tetapi juga simbol perjuangan dan penghargaan terhadap kaum difabel.

Hari Disabilitas Nasional adalah pengingat bahwa setiap individu, dengan segala keunikannya, memiliki peran penting dalam masyarakat. Mari kita belajar dari sejarah Nabi untuk terus mendukung, menghormati, dan memberdayakan saudara-saudara kita yang hidup dengan disabilitas, sebagai bagian dari upaya membangun masyarakat yang lebih adil, inklusif, dan bermartabat.

(Redaksi)

Related Articles

Back to top button