Denny Siregar dan Motif di Balik Argumentasi Deradikalisasinya
Salafusshalih.com – Belakang ini dunia pertwitteran dihebohkan dengan Bjorka yang berhasil membobol (atau ngehack) data-data pemerintahan, termasuk Kominfo. Salah satu yang dilacak oleh Bjorka adalah motivasi Buzzer Denny Siregar yang sering tampil beranda YouTube CokroTv.
Ada beberapa tulisan saya terkait sikap Denny yang berani mengkounter kelompok yang berusaha menyerang pertahanan pemerintah. Sebut saja, Khilafatul Muslimin (KM) yang punya ideologi mirip Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), dan masih banyak yang lainnya.
Beberapa tulisan saya di masa lalu mungkin memuji sikap Denny yang berani itu. Tapi, pada tulisan ini saya mencoba memberikan catatan bahwa sikap Denny kadang tidak objektif. Dia cenderung fanatik terhadap pemerintah dan menutup mata melihat perjuangan para pembangkang pemerintah itu.
Buktinya, ketika kemarin demonstrasi ribut soal pengeroyokan terhadap Ade Armando, Buzzer Indonesia juga, Denny menyerang para pelaku bahwa mereka adalah bagian dari kadrun (para pendukung fanatik Capres-Cawapres Prabowo-Sandi kemarin). Banyak orang yang risih membaca twittan Denny yang belum bisa move on dari kontestasi politik itu.
Cara Denny yang seperti itu menunjukkan bahwa dia tidak objektif dalam menyikapi suatu persoalan. Sebaiknya, Denny tidak menyinggung soal kadrun lagi. Karena, yang paling penting dalam mengkounter kelompok yang memusuhi pemerintah adalah menyadarkan mereka. Bukankah yang dilakukan Denny itu dakwah? Dan, dakwah adalah ajakan untuk menyadarkan orang dari benci menjadi cinta?
Melihat kenyataan itu, Bjorka menyebut Denny bukan menyadarkan orang yang salah, tapi memecah belah umat. Apa yang dikemukakan Bjorka ada benarnya juga. Nabi Saw. berdakwah selalu mengikuti tujuan dakwah yaitu menyadarkan umat, sehingga beliau sangat berhati-hati berdakwah hanya untuk kepentingan pribadi dan politik.
Perhatikan saja cara Nabi Saw. merespon ajakan orang kafir untuk saling menyembah tuhan mereka. Nabi Saw. menolaknya dengan kalimat yang santun: “Lukum dinukum wa liya din.” Bagimu agamamu dan bagiku agamaku. Sikap yang tegas, tapi tidak menyakitkan hati orang lain memiliki dampak yang besar dalam mobilisasi massa untuk memeluk agama Islam.
Sikap Denny yang terkesan fanatik hendaknya dihindari. Karena, itu akan membahayakan banyak orang. Umar ini akan terpecah karena satu orang ini. Padahal, persatuan di tengah keberagaman ini adalah tujuan dari perjuangan ini. Jika persatuan ini tak lagi diperhatikan, maka negeri ini akan runtuh.
Semua penduduk negeri menginginkan negeranya persis yang disebutkan dalam Al-Qur’an, “baldantun thayyibah wa Rabbun ghafur”. Maksudnya, negeri yang subur dan makmur serta mendapat kasih sayang Tuhan. Negeri yang semacam ini akan menghadirkan cinta di tengah semesta. Perbedaan bukan menjadi perpecahan, tapi menjadi rahmat. Kritik bukan lagi soal kepentingan, tapi nasihat.
Sebagai penutup, Denny hendaknya mulai merevisi segala statementnya yang berpotensi memecah belah umat. Revisi-merevisi pendapat itu menjadi hal yang mulai di tengah para mujtahid semisal Imam Syafii, Imam Malik, dan lain-lain. Mereka tidak malu untuk kebenaran. Masihkah Denny dengan pendapatnya itu?
(Khalilullah)