Tsaqofah

Batalkah Hajinya Jika Haid Saat Wukuf di Arafah?

Salafusshalih.com – Haji adalah salah satu rukun Islam yang wajib dilakukan dengan syarat. Syaratnya adalah mampu secara fisik, mental maupun harta benda. Tentu orang yang melakukan ibadah haji harus memahami rukun-rukunnya dan syarat ketentuannya. Tanpa memahami hal ini, bisa jadi buka haji mabrur yang didapat tapi haji yang batal. Salah satu rukun haji yang harus dilakukan adalah wukuf di Arafah, lantas apakah haid saat wukuf di Arafah bisa membatalkan ibadah haji.

Wukuf ini menjadi inti dari ibadah haji. Dalam Hadisnya Rasulullah menjelaskan tentang wukuf di Arafah ini

رَسُولَ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْحَجُّ عَرَفَاتٌ فَمَنْ أَدْرَكَ عَرَفَةَ قَبْلَ أَنْ يَطْلُعَ الْفَجْرُ فَقَدْ أَدْرَكَ الْحَجَّ

Artinya; “Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda; Haji itu adalah wukuf di Arafah, maka barang siapa yang telah melakukan wukuf di Arafah sebelum terbit fajar, maka ia sungguh telah menjalankan haji.” (HR Abu Dawud).

Para ulama mendasarkan pada hadis ini menjadikan wukuf adalah rukun yang utama, tanpa melakukan wukuf bisa jadi hajinya batal

وْلُهُ (الْحَجُّ عَرَفَاتٌ) أَيْ مِلَاكُ الْحَجِّ وَمُعْظَمُ أَرْكَانِهِ وُقُوفُ عَرَفَاتٍ لِأَنَّهُ يَفُوتُ بِفَوَاتِهِ

Artinya: “Haji itu adalah Arafat, maksudnya bagian sentral haji atau rukun-rukun haji yang paling agung adalah wukuf di padang Arafah, karena haji menjadi hilang (batal) dengan hilangnya wukuf”

Lantas bagaimana saat wukuf tiba, tapi dalam keadaan haid. Jawabnya wukufnya tetap sah, karena suci ketika melakukan wukuf hanya bagian dari keutamaan haji. Imam Nawawi di dalam kitab Al-Idhah menerangkan hal ini dengan rinci

لسَّابِعَةُ الْأَفْضَلُ أَنْ يَكُوْنَ مُسْتَقْبِلًا لِلْقِبْلَةِ مُتَطَهِّرًا سَاتِرًا عَوْرَتَهُ فَلَوْ وَقَفَ مُحْدِثًا أَوْ جُنُبًا أَوْ حَائِضًا أَوْ عَلَيْهِ نَجَاسَةٌ أَوْ مَكْشُوْفَ الْعَوْرَةِ صَحَّ وُقُوْفُهُ وَفَاتَتْهُ الْفَضِيْلَةُ.

Artinya; “Kesunahan dan adab wukuf yang ketujuh. Yang lebih utama adalah menghadap kiblat, suci dari hadas dan menutupi aurat. Sehingga bila seseorang wukuf dalam keadaan berhadas, junub, haid, terkena najis atau terbuka auratnya, maka sah wukufnya dan ia kehilangan keutamaan”.

Dengan demikian menjadi jelas, walaupun dalam keadaan haid, wukufnya tetap sah dan haji menjadi sah pula. Wallahu A’lam Bishowab.

(Ahmad Khalwani)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button