Hubbul Wathan

Waspadai Sesatnya Penafsiran Khilafah Islam!

Salafusshalih.com. Ada sebuah ayat yang sering diklaim sebagai kebenaran atas berdirinya Khilafah. Bunyi ayatnya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. (QS. al-Baqarah: 30).

Benarkah ayat tersebut dimaksudkan atas kebenaran Khilafah versi Hizbut Tahrir (HT), Islamic State of Iraq and Syria (ISIS), dan beberapa kelompok radikal yang lain? Menjawab pertanyaan ini penting melihat komentar pakar tafsir, bukan komentar pengusung Khilafah.

Merujuk langsung kepada pakar tafsir, bukan kepada pengusung Khilafah, mengisyaratkan bahwa penafsiran yang dihidangkan terkesan lebih objektif. Sebaliknya, menggunakan komentar pengusung Khilafah dipastikan, ayat itu ditafsir secara cocokologi atas berdirinya Khilafah yang mereka usung.

Pada ayat tadi diceritakan tentang rencana Tuhan menciptakan manusia di muka bumi. Tuhan sebut makhluk yang bakal diciptakan ini dengan “Khalifah” (pemimpin). Secara sepintas, seluruh manusia adalah Khilafah atau pemimpin, paling tidak atas dirinya sendiri. Disebutkan dalam hadis: “Masing-masing kamu adalah pemimpin. Dan, masing-masing kamu akan dimintai pertanggungan jawab atas kepemimpinannya.”

Pakar Tafsir al-Jalalain memahami Khalifah pada ayat tersebut dengan manusia yang mewakili Tuhan dalam melaksanakan hukum-hukum atau peraturan-peraturan-Nya di muka bumi. Secara spesifik Khalifah yang dimaksud adalah Nabi Adam, karena beliau adalah manusia pertama pada waktu itu.

Di samping itu, penulis Tafsir Ringkas Kementerian Agama RI menyebutkan, bahwa karena sebagai pemimpin di muka bumi Khalifah itu akan terus berganti dari satu generasi ke generasi sampai hari Kiamat dalam rangka melestarikan bumi ini dan melaksanakan titah Allah yang berupa amanah atau tugas-tugas keagamaan.

Sekian pakar tafsir sepakat bahwa Khalifah adalah seluruh manusia, bukan malaikat dan setan, yang diberi amanah untuk mengatur tatanan bumi dengan sistem yang mereka buat. Masing-masing sistem tentu didapat disamakan. Bisa jadi sistem yang satu berbeda dengan sistem yang lain. Intinya, sistem yang dibuat itu tetap berkomitmen menghadirkan kemaslahatan.

Mayoritas pakar tafsir menolak penafsiran pengusung Khilafah yang mengklaim bahwa ayat tadi adalah bukti kebenaran Khilafah. Penafsiran seperti ini hanyalah dibuat-buat demi kepentingan pribadi ataupun kelompok. Jika pakar tafsir sepakat bahwa Khalifah adalah seluruh manusia, yang dimulai dari Nabi Adam sebagai manusia pertama, maka pengusung Khilafah mengatakan Khalifahnya masih belum datang.

Datangnya Khalifah yang dijanjikan oleh pengusung Khilafah adalah kebohongan yang nyata. Mungkin banyak orang yang tidak sadar. Logikanya begini. Pengusung Khilafah sudah menawarkan sistem khusus atau yang disebut dengan sistem Khilafah, anehnya Khalifah atau pemimpinnya belum ada. Kan aneh!

Biasanya sistem suatu negara hadir sesudah pemimpinnya ada. Semisal sistem republik-demokratis di Negara Indonesia yang ada selepas terpilihnya pemimpin atau presiden. Logika ini tidak masuk bila dihadapkan dengan sistem Khilafah yang diusung oleh kelompok tertentu.

Sebagai penutup, hati-hatilah mengonsumsi penafsiran sesat pengusung Khilafah. Mereka sangat lihat bersilat lidah. Bila tidak berhati-hati, kita akan terpengaruh bujuk rayunya, sehingga kita menjadi orang yang tersesat. Naudzubillah![] Shallallah ala Muhammad.

(Khalilullah)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button