Allah yang Menidurkan dan Membangunkan Kita, untuk Apa?

Salafusshalih.com – Renungan ini adalah ajakan untuk memulai hari dengan membuka hati—mengenali diri agar semakin mengenali Allah. “Man ‘arafa nafsahu faqad ‘arafa Rabbahu” (barang siapa mengenali dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya).
Dan di keheningan fajar itulah waktu paling tepat untuk meneguhkan kebiasaan-kebiasaan baik, agar kita senantiasa bersyukur atas berbagai nikmat-Nya yang tak terhitung, bahkan oleh mesin AI tercanggih sekalipun.
“Dialah yang mewafatkan (menidurkan) kamu di malam hari dan mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari. Kemudian Dia membangkitkan kamu pada pagi harinya agar sempurnalah waktu yang ditentukan.” (Al-An’am: 60)
Di malam hari kita tidur. Mata tertutup, kesadaran terputus, raga tak lagi merasa. Namun, roh masih dalam genggaman Allah. Tidur itu seperti kematian kecil. Maka setiap kali kita bangun, sejatinya itu adalah kehidupan baru.
Betapa besar nikmat tidur, dan lebih besar lagi nikmat dibangunkan kembali. Namun, tidak semua orang bisa menikmati tidur. Sebagian bahkan harus berjuang dengan insomnia atau gangguan kecemasan yang membuat mereka sulit terlelap. Ini menjadi isyarat bahwa tidur adalah karunia besar.
Maka jika kita bisa tidur dengan tenang dan bangun dengan segar, lalu tidak bersyukur, tidak merenung siapa yang menidurkan dan membangunkan kita, sungguh kita ini sangat naif.
Lalu, untuk apa Allah membangunkan kita? Al-Qur’an menjawab: “Agar sempurnalah waktu yang ditentukan.” Artinya, setiap hari yang kita jalani adalah bagian dari waktu yang telah ditakar oleh Allah.
Tidak ada yang sia-sia. Jika kita dibangunkan, berarti ada misi dari-Nya yang masih harus ditunaikan. Bukan sekadar pekerjaan, tetapi misi hidup: memperbaiki diri, menyebarkan manfaat, dan menebarkan cahaya kebaikan.
Tidur dalam Perspektif Ilmiah
Ilmu pengetahuan menegaskan bahwa tidur bukan sekadar “istirahat”, melainkan proses pemulihan yang sangat kompleks dan vital. Saat tidur, otak merekam ulang memori, tubuh memperbaiki sel-sel yang rusak, dan hormon penting diproduksi.
Ketika tidur terganggu, daya tahan tubuh menurun, emosi menjadi labil, dan produktivitas melemah (National Sleep Foundation, 2022).
Namun yang lebih penting lagi: tidur memberi ruang bagi jiwa untuk menyatu dengan fitrah. Maka membangunkan seseorang dari tidur bukan hanya mengaktifkan raga, tetapi juga membangkitkan kesadaran.
Inilah titik temunya: spiritualitas dan sains bersatu dalam keajaiban tidur dan bangun. Dan semua itu adalah bagian dari rahmat Allah yang sempurna.
Bangun Hari, Bangun Kesadaran
Jika pagi ini kita bangun, itu bukan kebetulan. Allah membangunkan kita karena ada maksud. Maka jangan hanya bangunkan tubuh, tetapi juga bangunkan hati dan jiwa kita.
Mari awali hari dengan niat terbaik, amal terbaik, dan harapan terbaik. Semoga Allah memberkahi setiap langkah kita hari ini.
“Segala puji bagi Allah yang menghidupkan kami setelah mematikan kami. Dan kepada-Nya kami kembali.”
(Ulul Albab)