Anjuran Menjaga Kehormatan Sesama Umat Manusia
Salafusshalih.com – Setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan yang besar dan mungkin juga fatal. Meski demikian, tak boleh kita mengumbar aib orang lain secara terang-terangan. Rasulullah Saw. mengajarkan kepada kita untuk bersikap santun dan menjaga kehormatan sesama manusia. Aib yang jelek dari saudara kita semestinya ditutupi, kecuali ketika menjadi saksi dalam sebuah perkara. Di era digital, banyak bertebaran ujaran kebencian. Bahkan, aib publik figur justru dijadikan bahan untuk menaikkan rating media. Padahal, kita dilarang untuk mengumbar aib, baik itu aib diri sendiri dan juga orang lain.
Di dalam Al Quran, Alllah Swt. berfirman, “Janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati?” (QS Al Hujurat: 12). Aib merupakan perkara yang buruk. Setiap kita akan malu bila aib diri diumbar oleh orang lain. Mukmin yang berakhlak mulia pun, sejatinya memiliki rasa malu bila dirinya mengumbar aib orang lain. Sebab, kebiasaan mengumbar aib orang lain merupakan pantulan akhlak tercela. Mengumbar aib orang lain juga dapat menyakiti hati dan merupakan salah satu bentuk kedzaliman yang sering tidak disadari. Dengan mengumbar aib sesama manusia, sesungguhnya kita telah ‘menabung’
Orang-orang shalih tidak akan mengumbar aib orang lain dengan tujuan menjatuhkan harga diri orang yang dibicarakan. Sebaliknya, orang-orang yang berakhlak mulia akan mampu menunjukkan sikap berjiwa besar, mudah memaafkan, berprasangka baik, dan menjaga kehormatan sesama manusia. Orang yang membicarakan aib dan kejelekan sesama manusia hakikatnya telah melanggar kehormatan mereka. Mencela dan membicarakan kejelekan orang lain (ghibah) merupakan kebiasaan yang harus kita tinggalkan sebab hal itu merupakan perbuatan yang dilarang agama dan kejahatan kemanusiaan.
Pada hari kiamat, orang yang menyebar aib orang lain dengan cara ghibah juga akan menjadi orang yang muflis (merugi) karena pahala dan kebaikannya habis hanya untuk menebus kedzaliman pada orang lain. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah Saw., “Siapa saja yang menyisakan kezaliman harga diri atau harta pada saudaranya, hendaklah ia meminta maaf kepada saudaranya sebelum tiba hari di mana tidak ada lagi dinar dan dirham. Kelak pahala pelaku ghibah akan diambil (untuk korban ghibahnya). Jika pelaku tidak memiliki pahala, maka dosa korban akan diambil dan dipindahkan ke dalam catatan dosa pelaku.” (HR. Muttafaq Alaih).
Menjaga kehormatan orang lain dengan tidak menggunjingnya pada hakikatnya merupakan upaya menjaga kemuliaan diri. Kita harus sadar bahwa kita pun memiliki kesalahan. Dan, kita pun sangat berharap bahwa Allah Swt. mengampuni dan menutup aib kesalahan, baik di dunia atau pun di akhirat. Agar tak mencela orang lain, hendaknya kita selalu ingat bahwa sesungguhnya kita pernah atau sedang memiliki aib yang tak ingin terlihat. Selanjutnya, fokuskan pada niat untuk bertaubat kepada Allah Swt. atas kesalahan-kesalahan yang pernah diperbuat.
Insyaallah, dengan mengingat bahwa kita pun memiliki aib, maka kita akan lebih banyak meminta ampunan kepada Allah Swt. sehingga merasa tak layak mengumbar aib orang lain. Muhasabah diri dan bertaubat kepada Allah Swt. merupakan pintu menggapai ampunan. Dengan bertaubat secara total, Allah Swt. berkenan memberikan ampunan dan menutupi kesalahan-kesalahan kita, baik di dunia hingga akhirat.
Allah Swt. berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat nasuha. Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami, sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS At-Tahrim: 8).
Senantiasa mengingat bahwa kita pun tak lepas dari kesalahan, akan membuat kita semakin malu jika mengumbar aib orang lain. Menjaga kehormatan orang lain dengan tidak membicarakan kejelekannya merupakan tanda sifat dan akhlak mulia. Menjaga kehormatan sesama manusia juga merupakan cermin kemuliaan diri. Semoga kita termasuk ke dalam golongan hamba yang senantiasa menjaga kehormatan sesama manusia, sehingga Allah Swt. pun berkenan menempatkan kita ke dalam golongan hamba-hamba yang mendapatkan ampunanNya. Wallahu’alam.
(Nurul Lathiffah, S.Psi., M.Psi.)