Hikmah di Balik Sunah Sahur

Salafusshalih.com – Sahur bukan sekadar makan di waktu dini hari sebelum berpuasa. Ia adalah sunah yang dianjurkan, penuh keberkahan, dan memiliki hikmah mendalam bagi fisik, mental, serta spiritual kita. Di tengah malam yang sunyi, ketika banyak orang masih terlelap, mereka yang bangun untuk sahur mendapatkan kesempatan merasakan ketenangan dan keberkahan waktu fajar. Rasulullah ﷺ bersabda:
تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السَّحُورِ بَرَكَةً
“Bersahurlah kalian, karena sesungguhnya dalam sahur itu terdapat keberkahan.” (H.R. Bukhari No. 1923 dan Muslim No. 1095)
Dalam hadis lain, Rasulullah ﷺ juga bersabda:
فَصْلُ مَا بَيْنَ صِيَامِنَا وَصِيَامِ أَهْلِ الْكِتَابِ أَكْلَةُ السَّحَرِ
“Perbedaan antara puasa kita dengan puasa Ahli Kitab adalah makan sahur.” (H.R. Muslim No. 1096)
Keberkahan ini bukan hanya sekadar tambahan energi untuk menjalani puasa, tetapi juga limpahan kebaikan yang menyertai orang-orang yang menjalankan ibadah dengan penuh kesadaran.
Secara fisik, sahur memberikan energi yang cukup untuk menjalani puasa seharian penuh. Nutrisi yang dikonsumsi saat sahur membantu tubuh tetap kuat, mencegah dehidrasi, dan menjaga daya tahan tubuh selama beraktivitas. Makanan yang dikonsumsi saat sahur juga dapat membantu menjaga keseimbangan gula darah, sehingga tubuh tetap bertenaga meskipun harus menahan lapar dan haus selama berjam-jam.
Secara mental, sahur melatih disiplin dan kesadaran diri. Bangun di sepertiga malam terakhir bukan hanya sekadar untuk makan, tetapi juga momen yang ideal untuk mendekatkan diri kepada Allah, berdoa, dan melaksanakan salat malam.
Kebiasaan ini menanamkan rasa tanggung jawab dan kedisiplinan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Selain itu, sahur juga melatih ketahanan mental dan kesabaran, karena seseorang harus mengatur pola makan dan waktu tidurnya dengan lebih baik agar tetap bugar selama berpuasa.
Secara spiritual, sahur adalah wujud ketaatan kepada Allah. Ia mengajarkan bahwa puasa bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kesabaran, rasa syukur, dan kepedulian terhadap mereka yang kurang beruntung.
Dalam setiap suapan makanan saat sahur, ada kesempatan untuk mensyukuri nikmat Allah yang diberikan kepada kita. Sebab, tidak semua orang memiliki kemewahan untuk menyantap makanan sebelum berpuasa. Maka dari itu, momen sahur harus dijalani dengan penuh kesadaran dan rasa syukur yang mendalam.
Di antara cara bersyukur adalah menikmati setiap momen menjalankan ketaatan kepada Allah, termasuk waktu berbuka dan sahur. Nikmati setiap kecapan makanan, sesuap demi sesuap yang masuk ke dalam mulut kita, dan ingat banyak tangan yang ikut berperan sehingga ada makanan yang dihidangkan di hadapan kita.
Mulai dari peran petani yang menanam padi di sawah, pedagang yang menjualnya di pasar, hingga peran ibu yang memasak untuk kita dengan penuh keikhlasan. Setiap butir nasi yang kita makan bukanlah sekadar makanan, tetapi hasil dari kerja keras dan jerih payah banyak orang.
Jangan ada satu butir nasi pun yang disisakan, karena satu butir nasi jika dikumpulkan dari seluruh negeri ini akan menjadi berton-ton beras yang mubazir. Penduduk Indonesia saat ini sekitar 280 juta jiwa. Jika setiap orang menyisakan satu butir nasi setiap kali makan, maka total beras yang terbuang dalam sekali makan bisa mencapai:
280 Juta Butir Beras
Jika 1 kg beras berisi sekitar 50.000 butir, maka 280.000.000 ÷ 50.000 = 5.600 kg = 5,6 ton dalam sekali makan. Jika dalam sehari seseorang makan 2 kali, maka total beras yang terbuang 11,2 ton per hari. Jika dalam sehari seseorang makan 3 kali, maka total beras yang terbuang 16,8 ton per hari. Itu jika masing-masing orang menyisakan 1 butir nasi, bagaimana jika lebih dari 1 butir?
Berapa banyak orang yang bisa diberi makan dari beras yang mubazir itu? Oleh karena itu, dalam hal berbuka dan sahur, jangan ada pemborosan dan jangan berlebih-lebihan. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
“Dan makan dan minumlah kamu, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Al-A’raf: 31)
Allah juga memperingatkan dalam firman-Nya:
إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ
“Sesungguhnya orang-orang yang berlebihan itu adalah saudara setan.” (Al-Isra: 27)
Ayat ini menjadi pengingat agar kita selalu bersikap bijak dalam mengonsumsi makanan dan tidak membuang-buang rezeki yang telah diberikan oleh Allah.
Sahur bukan hanya rutinitas sebelum berpuasa, tetapi juga pengingat bahwa setiap nikmat yang kita miliki patut disyukuri. Dengan sahur, kita belajar bahwa kebahagiaan bukan tentang banyaknya makanan di meja, tetapi tentang keberkahan dalam setiap suapan yang dikonsumsi dengan niat ibadah. Maka, jangan lewatkan sahur. Karena di dalamnya, ada keberkahan yang tak tergantikan.
(Muhammad Hidayatulloh)