Ulul Amri

Imam Hambali dan Tukang Roti

Salafusshalih.com – Imam Hambali dikenal juga dengan nama Imam Ahmad bin Muhammad bin Hanbal. Lahir di Baghdad, Rabiul Awal tahun 164 H/780 M. Wafat pada 22 Rabiul Awal tahun 241H/855 M dalam usia 75 tahun.

Hidup di zaman dinasti Abbasiyah pada masa Khalifah Harun ar-Rasyid, Al-Makmun, Al-Mu’tashim, dan Al-Mutawakkil. Dia murid Imam Syafi’i yang meneruskan halaqahnya di Baghdad.

Dalam kitab Manakib Imam Ahmad bin Hanbal menceritakan, satu waktu di usia tuanya ada dorongan hati  ingin sekali pergi ke kota Basra. Padahal tidak ada janji sama orang dan tidak ada hajat.

Menuruti kehendak hati dia pergi sendiri ke Basra. Begitu tiba di sana memasuki waktu Isya. Dia ikut salat berjamaah di masjid. Hatinya merasa tenang.

Selesai salat ingin istirahat di masjid. Tapi marbot datang sambil bertanya,”Kamu mau apa di sini, Syekh?”

Rupanya marbot masjid belum pernah bertemu dan mengenal wajah Imam Hambali meskipun dia ulama terkenal di zaman itu.

”Saya ingin istirahat, saya musafir.”

”Tidak boleh. Tidak boleh tidur di masjid,” ujar marbot.

Marbot mendorongnya keluar. Marbot lantas mengunci pintu masjid. Lalu dia pindah tidur di teras.

Ketika sudah berbaring di teras, marbot datang lagi sambil marah-marah. ”Mau apa lagi di sini, Syekh?”

”Mau tidur, saya musafir,” kata Imam Hambali.

”Di dalam masjid tidak boleh, di teras masjid juga tak boleh,” sergah marbot.

Imam Hambali diusir. Didorong hingga ke jalan.

Di depan masjid ada tukang roti. Menempati rumah dan toko kecil. Tukang roti yang sedang membuat adonan tepung melihat kejadian orang didorong keluar oleh marbot.

Tukang roti itu memanggilnya. ”Mari, Syekh. Anda boleh menginap di tempat saya. Saya punya tempat, meskipun kecil.”

Imam Hambali masuk ke toko roti. Lalu duduk sambil mengamati tukang roti meneruskan nguleni adonan.

Tukang roti tak banyak bicara. Dia hanya menjawab kalau ditanya. Imam Hambali memperhatikannya. Tukang roti membuat adonan tepung sambil mulutnya beristigfar. ”Astaghfirullah.”

Menaburi garam, memecah telur, mencampur bahan lain selalu zikir astaghfirullah.

Imam Hambali bertanya,”Sudah berapa lama kamu lakukan zikir itu?”

Tukang roti menjawab,”Sudah lama sekali, Syekh. Saya menjual roti sudah 30 tahun. Sejak itu saya lakukan.”

”Apa hasil dari perbuatanmu ini?”

Tukang roti menjawab,”Tidak ada hajat yang saya minta, kecuali pasti dikabulkan Allah.”

”Semua dikabulkan Allah kecuali masih satu yang belum Allah beri.”

”Apa itu?” tanya Imam Hambali.

”Saya minta kepada Allah supaya dipertemukan dengan Imam Ahmad,” jawabnya.

Seketika Imam Hambali bertakbir. ”Subhanallah, Allahu akbar. Allah telah mendatangkan saya jauh dari Baghdad pergi ke Basra, ternyata karena istigfarmu.”

Tukang roti itu terkejut. Lalu memuji Allah. Dia baru tahu ternyata tamunya adalah Imam Hambali yang dia berharap bisa bertemu.

Dia langsung mencium tangannya lalu memeluk dengan tangis haru.

Dalam Al-Quran Allah berfirman.
كَانُوْا قَلِيْلًا مِّنَ الَّيْلِ مَا يَهْجَعُوْنَ , وَبِالْاَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُوْنَ

Mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam. Dan pada akhir malam mereka istigfar. (Surah Adz-Dzariyat: 17-18)

Hadis Nabi Muhammad Saw mengatakan

مَنْ لَزِمَ الِاسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا، وَمِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا، وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

Siapa yang melazimkan istigfar, maka Allah jadikan baginya kelapangan atas segala kesempitan dan kesusahannya. Allah akan memberikan jalan keluar atas segala kesulitannya serta memberinya rezeki dari jalan yang tak disangka-sangka. (HR Abu Dawud, An-Nasa’i, Ibnu Majah, dan Hakim).

(Sugeng Purwanto)

Related Articles

Back to top button