Pelajaran Penting Dalam Surat Ad Dhuha: Dahulukan Kemanusiaan Daripada Keberagamaan
Salafusshalih.com – Dalam program Shihab & Shihab, Prof. Quraish Shihab menerangkan bahwa al-Dhuha, dilihat dari sisi bahasa, berati matahari naik sepenggal lahan, katakanlah 20 menit sebelum matari hari terbit sampai sekitar 10 atau 15 menit sebelum waktu dzuhur.
Surat al-Dhuha yang terdapat di dalam al-Qur’an salah satu tujuannya adalah untuk menanamkan optimisme kepada Nabi Muhammad. Jadi, kata Prof. Quraish Shihab, sebelum ayat ini diturunkan, Nabi Muhammad sudah menerima sekian banyak wahyu, kurang lebih 10 surat.
Tapi setelah itu, tiba-tiba wahyu berhenti. Nabi gelisah. Ulama tafsir ada yang mengatakan, wahyu berhenti sekitar 12 hari dan ada pula yang menjelaskan hampir 10 hari. Lambat laut, kegelisahan Nabi itu dibaca oleh masyarakat. Sehingga orang-orang kafir mengatakan, Muhammad sudah ditinggalkan oleh Tuhannya. Merespons kegelisahan Nabi inilah akhirnya Allah SWT menurunkan surat al-Dhuha.
Prof. Quraish Shihab menambahkan, Allah SWT memilih kata al-Dhuha dan al-Lail dalam surat ini maksudnya untuk menjelaskan bahwa kehadiran waktu itu bisa diibaratkan dengan cahaya yang begitu nyaman, seperti cahaya waktu Dhuha. Sedangkan ketidakhadiran wahyu itu seumpama malam yang gelap gulita. Tapi yang perlu diingatkan, bukankan setelah gelap terbit terang?
Karana itu, Allah tidak pernah meninggalkan Nabi Muhammad, apalagi membencinya. Surat ini juga mengingatkan bahwa masa depan yang akan ditakdirkan kepada Nabi Muhammad juga akan menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Dalam surat ini juga, kata Prof. Quraish Shihab, ada tiga ajaran yang perlu diperhatikan: pertama, jangan menghardik atau memarahi anak yatim; kedua, jangan membentak orang yang bertanya kepada kita; ketiga, nikmat yang sudah diberikan Tuhan, sampaikanlah.
Menariknya, yang disebutkan pertama dan kedua adalah yang berkaitan dengan manusia: anak yatim dan orang yang bertanya. Sementara yang terakhir berhubungan dengan Allah SWT. Ini sekaligus menunjukkan dahulukanlah kemanusiaan daripada keberagamaan kalau tidak dapat dikompromikan.
“Anda harus bayar zakat, itu hak tuhan. Tapi ada orang yang butuh dihutangi, kasih dia hutang dulu. Hak Allah itu dasarnya toleransi, hak manusia itu dasarnya tuntunan. Karena itu kalau anda berdosa, selama minta ampun kepada Allah, pasti diampuni. Tapi kalau sama manusia, wajib minta maaf kepadanya, dan belum tentu juga dimaafkan,” tegas Prof. Quraish Shihab.
Disebutkan di atas, dalam ayat ini diajarkan untuk menyampaikan nikmat. Bagaimana caranya? Nikmat yang dimaksud di sini, kata Prof. Quraish Shihab, adalah wahyu. Nabi Muhammad mendapat nikmat berupa wahyu, diwajibkan oleh Allah untuk menyampaikannya.
Sementara nikmat yang didapat manusia, yang bukan selalin wahyu, juga wajib disebarluaskan kepada manusia, salah satu caranya adalah dengan bersedekah dan memakai pakaian yang bagus, pantas, dan tidak berlebih-lebihan.