Pentingnya Mitigasi Teror Natal Sebagai Efek Domino Kemenangan HTS di Suriah

Salafusshalih.com – Sudah lewat sepekan Hay’at Tahrir al-Syam (HTS) berhasil menguasai Suriah, menggulingkan rezim Assad. Pekan depan, seluruh dunia akan merayakan Hari Natal. Hari-hari ini, termasuk di tanah air, euforia untuk Suriah masih dilakukan oleh sejumlah kalangan. Begitu banyak rangkaian peristiwa yang terjadi dalam momentum yang berdekatan. Haruskah teror Natal menjadi sesuatu yang kita mitigasi bersama?
Penting ditegaskan kembali bahwa, kemenangan HTS di Suriah, kendati tampak sebagai isu lokal, ia berpotensi menciptakan efek domino yang berbahaya bagi berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, utamanya menjelang Hari Natal, yang secara historis kerap menjadi target kelompok teror. Dengan kata lain, mitigasi teror Natal memiliki dasar yang jelas; efek domino kemenangan HTS bukanlah spekulasi semata.
Terorisme mampu menciptakan efek domino. Aksi teror di satu negara bisa memantik atau menginspirasi tindakan serupa di negara lain. Ihwal HTS, di Indonesia, video-video propaganda telah dimainkan cukup masif. Realitas terkini menunjukkan bahwa kelompok teror itu memiliki jaringan diseminasi internasional. Medsos dalam hal ini berandil besar, baik untuk memperparah efek domino atau justru menjadi senjata mitigasi kita.
Kemenangan HTS menjelma sebagai sesuatu yang simbolis; deklarasi keberhasilan strategi kelompok ekstremis untuk survive melawan pasukan pemerintah Suriah. Mereka kemudian memanfaatkan kemenangan untuk menguatkan narasi global bahwa perjuangan selama ini adalah contoh konkret jihad yang sukses. Hal itu sebagai strategi komunikasi: memanfaatkan sentimen keagamaan untuk menarik simpati dan dukungan masyarakat global.
Bagi Indonesia, keberadaan kelompok-kelompok radikal-teror yang terafiliasi HTS adalah ancaman riil. Lewat propaganda digitalnya, HTS berpotensi memotivasi sel-sel tidur dan simpatisan terorisme di Indonesia untuk bangkit kembali. Pola semacam itu pernah terlihat pada masa kejayaan Al-Qaeda dan ISIS, di mana narasi kemenangan berhasil merekrut ribuan mujahidin lintas negara, termasuk Indonesia.
Karena itulah, Hari Natal di Indonesia selalu menjadi momentum yang memerlukan kewaspadaan optimal. Catatan sejarah menunjukkan, aksi terorisme di Indonesia sering terjadi pada momen-momen keagamaan. Serangan bom gereja pada malam Natal tahun 2000, sebagai contoh, merupakan salah satu tragedi besar dalam sejarah terorisme Indonesia yang tidak boleh terulang kembali.
Kemenangan HTS menyuguhkan celah cukup besar bagi kelompok teror untuk memanfaatkannya sebagai simbol aksi solidaritas internasional. Mereka tak lagi perlu punya afiliasi langsung dengan HTS. Inspirasi ideologis sudah cukup untuk memicu aksi-aksi teror di tingkat lokal. Jangan kira selama ini teroris tidak menunggu momentum beraksi, sebab tanpa monitoring yang konsisten, mereka siap memorak-perandakan Indonesia kapan saja.
Lantas, bagaimana strategi memitigasi teror Natal akibat efek domino kemenangan HTS di Suriah? Terdapat sejumlah langkah yang krusial dilakukan berbagai elemen bangsa. Yang utama dan paling mendesak ialah, penguatan intelijen dalam konteks deteksi dini. Koordinasi BNPT, Densus 88, dan aparat lokal tak bisa ditawar. Selama ego sektoral masih menggurita, mitigasi tak akan berjalan sebagaimana seharusnya.
Selain itu, karena HTS mahir menggunakan propaganda digital, Indonesia perlu mengeskalasi kemampuan pengawasan ruang digital untuk mendeteksi dan memblokir narasi teror yang destruktif. Tetapi, pendekatan represif saja tak cukup. Pemerintah sebaiknya menggandeng multi-pihak untuk mainstreaming moderasi dan kontra-narasi di akar rumput. Boleh jadi cara tersebut terdengar klise, namun apa lagi yang lebih niscaya untuk dilakukan?
Menjelang Natal, pengamanan tempat-tempat ibadah juga harus ditingkatkan. Aparat keamanan mesti hadir sebagai penjaga, sekaligus sebagai simbol perlindungan negara terhadap hak masyarakat untuk menjalankan ibadah dengan aman. Efek domino peristiwa di Suriah belum terukur pasti, namun dengan langkah-langkah mitigasi yang tepat, Indonesia akan selamat dari segala ancaman terburuk yang mungkin terjadi.
Hari Natal tahun ini, yang akan digelar umat Kristiani pekan depan, tidak boleh tercoreng aksi teror, apalagi efek domino HTS Suriah. Negara mesti hadir secara intensif untuk memastikan bahwa efek domino kemenangan HTS tidak menjalar ke tanah air. Melalui ini, diserukan tindakan nyata dalam komitmen, kolaborasi, serta tekad demi keamanan nasional di negara tercinta: Indonesia.
(Ahmad Khoiri)