Fikih

Bersamaan Imam Membaca Salam, Batalkah Shalat Makmum?

Salafusshalih.com – Shalat bagi orang Islam adalah tiang agama. Orang yang tidak melaksanakan shalat tanpa disertai uzur yang nyata berarti secara perlahan ia merobohkan agama. Shalat sebagai ibadah yang diperintahkan langsung oleh Allah tanpa melalui perantara malaikat Jibril memiliki syariat dan peraturan tersendiri. Orang Islam dalam melaksanakan shalat harus paham syariat dan ilmunya. Karena teramat bahaya orang shalat tanpa ilmu. Lantas ada sebuah pertanyaan terkait dengan shalat yaitu apakah membaca salam bersamaan imam bisa membatalkan shalat makmum.

Salah satu aturan shalat yang harus dipahami adalah makmum harus mengikuti gerakan imam dan dilarang mendahuluinya. Hal ini seperti yang diterangkan oleh Imam Nawawi.

وَحَادِيْ عَشَرِهَا: أَنْ يَتَابِعَهُ بِأَنْ يَتَأَخَّرَ تَحَرُّمُهُ عَنْ جَمِيْعِ تَحَرُّمِ إِمَامِهِ، وَأَنْ لَا يَسْبِقَهُ بِرُكْنَيْنِ فِعْلِيَّيْنِ عَامِدًا عَالِمًا، وَأَنْ لَا يَتَأَخَّرَ عَنْهُ بِهِمَا بِلَا عُذْرٍ

Artinya: “Dan yang kesebelas: Makmum harus mengikuti imam dengan gambaran mengakhirkan takbiratul ihramnya hingga imam selesai melakukannya sepenuhnya. Selain itu, makmum juga tidak boleh mendahului imam dalam dua rukun fi’li (gerakan) secara sengaja dan dengan sadar. Makmum juga tidak boleh tertinggal dari imam dalam dua rukun tersebut tanpa adanya uzur.” (Kasyifah Asy-Syaja Fi Syarh Safinah An-Naja [Beirut: Dar Al-Kutub Ilmiyah], h. 184)

Secara aturan agama, makmum harus mengikuti gerakan imam dan dilarang mendahului imam. Lantas bagaimana kalau bacaan salamnya bersamaan imam? Ibnu Hajar Al-Haitami menjelaskan makmum yang membaca salam bersamaan dengan imam tidaklah membatalkan shalatnya. Adapun yang membatalkan adalah ketika makmum mendahului bacaan salam imamnya.

 

نَعَمْ يُسَنُّ لِلْمَأْمُومِ أَنْ يُؤَخِّرَهَا إلَى فَرَاغِ إمَامِهِ مِنْ تَسْلِيمَتِهِ وَإِذَا انْقَضَتْ بِالْأُولَى صَارَ الْمَأْمُومُ كَالْمُنْفَرِدِ (قَوْلُهُ لِخُرُوجِهِ بِهَا) فَلَوْ سَلَّمَ الْمَأْمُومُ قَبْلَهَا عَامِدًا عَالِمًا مِنْ غَيْرِ نِيَّةِ مُفَارَقَةٍ بَطَلَتْ صَلَاتُهُ وَلَوْ قَارَنَهُ فِيهِ لَمْ يَضُرَّ كَبَقِيَّةِ الْأَذْكَارِ بِخِلَافِ مُقَارَنَتِهِ لَهُ فِي تَكْبِيرَةِ الْإِحْرَامِ كَمَا سَيَأْتِي لِأَنَّهُ لَا يَصِيرُ مُصَلِّيًا حَتَّى يُتِمَّهَا

Artinya: “Iya memang, disunahkan bagi makmum untuk mengakhirkan salamnya hingga imam selesai mengucapkan salam. Ketika shalat dianggap selesai dengan salam pertama, maka makmum menjadi seperti orang yang shalat sendiri (munfarid). Pernyataan: Karena dengan salam pertama imam keluar dari shalat, berarti jika makmum mengucapkan salam sebelum imam menyelesaikan salam pertama secara sengaja dan dengan pengetahuan, tanpa niat memisahkan diri (mufaraqah), maka shalatnya batal. Namun, jika makmum mengucapkan salam bersamaan dengan imam, hal itu tidak membahayakan sebagaimana berlaku pada zikir-zikir lainnya, berbeda halnya jika makmum menyertai imam dalam takbiratul ihram, sebagaimana keterangan yang akan dijelaskan sebab seseorang tidak dianggap melaksanakan shalat hingga ia menyelesaikan pelaksanaan takbiratul ihram tersebut.” (Ahmad bin Muhammad bin Ali bin Hajar Al-Haitami, Tuhfah Al-Muhtaj Fi Syarh Al-Minhaj Wa Hawasyi Asy-Syirwani Wa Al-‘Ubadi [Mesir: Al-Maktabah At-Tijariyah Al-Kubra], vol. 2, h. 107)

Dari keterangan ini menjadi jelas membaca salam bersamaan imam, tidak membatalkan shalatnya makmum. Namun demikian sebaiknya makmum jangan membersamai bacaan salam imam, Wallahu A’lam Bishowab.

(Ahmad Khalwani)

Related Articles

Back to top button