Ini Alasan Kenapa Wahabi Sangat Tidak Cocok di Indonesia

Salafusshalih.com – Wahabi merupakan suatu gerakan sempalan dari fundamentalisme Islam yang berada pada Islam posisi kanan atau Islam garis keras—radikalisme. Dalam sejarahnya, gerakan Wahabi berkembang di dunia Arab seperti Mesir, Iran, Arab Saudi, dan bahkan sampai ke Indonesia yang masyarakatnya majemuk dan hidup berkelindan dengan tradisi dan budaya.
Pergerakan Wahabi kerap disandarkan kepada Ibn Taimiyah dan Ibn Qayyim al-Jauziyah (1292-1350), kemudian disebarluaskan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab (1703-1787), dan diintensifkan oleh Jamaluddin al-Afgani (1838-1897) dan muridnya Rasyid Ridha (1856-1935). Lebih jauh di Indonesia, Wahabi masuk sekitar tahun 1802 bersamaan dengan pulangnya Haji Miskin dan koleganya dari menunaikan ibadah haji dan bermukim sementara di sana.
Ajaran Wahabi ini mengusung konsep purifikasi (pemurnian) ajaran Islam dengan mengembalikan semua ajaran Islam pada teks Al Qur’an dan hadis. Mereka sangat anti-tradisi, menolak barzanji, tahlil, maulid Nabi Saw., dan sebagainya. Hal inilah yang menjadikan mereka bersifat eksklusif, melihat orang selain Wahabi sebagai kafir dan layak diperangi.
Wahabi vs Islam Indonesia
Dalam sejarahnya, Wahabi sangat dekat dengan tradisi kekerasan. Ketika penaklukan jazirah Arab, lebih dari 400 ribu umat Islam dibunuh dan dieksekusi secara publik oleh Wahabi. Selan itu, Wahabi juga melakukan keganasan dan kekejaman di Kota Karbala (1216H/1802 M) dengan pembunuhan massal yang tidak mengenal batas perikemanusiaan. Pada tahun 1803 M, kaum Wahabi menyerang Kota Thaif, menyembelih bayi dan wanita-wanita hamil, sehingga tidak ada satu pun yang dapat lolos dari kekejaman Wahabi.
Hal ini tentu berlainan dengan karakteristik Islam di Indonesia yang ramah (damai), moderat, toleran, dan menghindari kekerasan. Dengan Islam yang toleran dan fleksibel, agama Islam mampu diterima oleh masyarakat Indonesia. Pembawaannya yang damai tanpa unsur paksaan itulah yang menjadi alasan mengapa agama Islam mampu memihak hati dan menjadi agama mayoritas di negeri ini.
Salah satu misi utama Wahabi adalah membersihkan ajaran Islam dari praktik bid’ah, syirik, dan khurafat. Salah satu aksi yang dilakukan Wahabi ketika itu adalah menghancurkan makam Zaid bin Khatthab, sahabat nabi dan saudara Umar bin Khatthab. Aksi tersebut tidak terlepas dari ideologi Wahabi yang ingin menciptakan negara Islam yang terbebas dari TBC (Takhayul, Churafat, dan Bid’ah).
Sejak kehadirannya di Indonesia, gerakan Wahabi sangat memusuhi praktik keagamaan yang telah lama dan banyak dipraktikkan di Indonesia seperti tradisi tarekat, peringatan maulid Nabi, hadrah banjari, zikir berjemaah, tahlil, dan ziarah ke makam.
Mereka tidak segan untuk melabeli kegiatan tersebut sebagai syirik dan bid’ah dalam pandangan agama. Baru-baru ini, Wahabi kembali berulah dengan mengkafirkan ulama yang memperbolehkan musik, sambil mengklaim bahwa ajaran mereka yang paling benar.
Indonesia: Islam Akomodatif
Islam di Indonesia adalah Islam yang adaptif dan akomodatif terhadap lokalitas. Artinya, Islam di Indonesia mengakomodasi tradisi dan budaya lokal sejauh tidak bertentangan dengan pokok ajaran agama. Karakter ini mencerminkan semangat keberagaman dan toleransi, yang telah menjadi ciri khas masyarakat Indonesia dan wilayah Nusantara secara keseluruhan.
Bagi masyarakat Indonesia, yang hidup berdampingan dengan keragaman budaya dan tradisi, sudah tentu karakteristik Wahabi yang kaku dan eksklusif seperti yang telah dijelaskan di atas sangat tidak cocok. Sifatnya yang mudah menyesatkan, mengkafirkan, dan membid’ahkan hanya akan menghasilkan friksiatau perpecahan yang mengancam kerukunan masyarakat. Sehingga dapat dipahami, bahwa ajaran Wahabi hanya akan menjadi penyebab konflik di tengah keragaman aliran, ajaran, dan keyakinan di Indonesia.
Selain itu, kehadiran Wahabi juga dapat mengancam stabilitas Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ajaran Wahabi tidak jauh berbeda dengan radikalisme yang memiliki pola pikir radikal sehingga suka membantai dan memerangi orang-orang yang tidak mengikuti aliran mereka.
Artinya, tindakan Wahabi yang membabi-buta secara tidak langsung akan merobohkan persatuan dan persaudaraan masyarakat Indonesia yang berpegang teguh pada semboyan Bhineka Tunggal Ika, yaitu berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Di samping itu, tindakan ekstrem tersebut berseberangan dengan misi Islam yang menebar rahmat bagi semesta alam, tidak ada paksaan di dalamnya, bahkan menolak kemaslahatan di muka bumi. Maka, upaya bersama untuk Wahabi adalah: mari musnahkan Wahabi dari Indonesia.