Tsaqofah

Menghidupkan Hati di Malam Idul Fitri

Salafusshalih.com – Tak terasa bulan suci Ramadhan telah mendekati hari terakhirnya. Umat Islam sebentar lagi akan berpisah dengan Bulan yang penuh berkah dan ampunan dari Allah SWT.

Umat Islam berharap agar Allah SWT memberikan kesepatan bagi mereka untuk bisa merasakan Ramadhan tahun depan. Harapan ini yang selalu diutarakan Rasulullah ketika akan berpisah dengan Ramadhan. Bahkan Rasulullah SAW punya doa khusus, Doa ini bisa menjadi amal kebaikan bagi setiap muslim yang mengalamkannya. Berikut doanya:

للَّهُمَّ لاَ تَجْعَلْهُ آخِرَ الْعَهْدِ مِنْ صِيَامِنَا إِيَّاهُ، فَإِنْ جَعَلْتَهُ فَاجْعَلْنِيْ مَرْحُوْمًا وَ لاَ تَجْعَلْنِيْ مَحْرُوْمًا

Artinya: “Ya Allah, janganlah Kau jadikan bulan Ramadhan ini sebagai bulan Ramadhan terakhir dalam hidupku. Jika Engkau menjadikannya sebagai Ramadhan terakhirku, maka jadikanlah aku sebagai orang yang Engkau sayangi,”

Diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah ra dari Muhammad al-Musthofa SAW: “Siapa yang membaca doa ini di malam terakhir Ramadhan, ia akan mendapatkan salah satu dari dua kebaikan: menjumpai Ramadhan mendatang atau pengampunan dan rahmat Allah”.

Salah satu tanda ketaqwaan setelah melewati Ramadhan adalah dengan menghidupkan malam Idul Fitri dengan kumandang takbir ataupun ibadah lainnya. Karena sangat besar pengaruhnya dalam hidup kita kedepan.

Bahkan Rasulullah pernah bersabda bahwa orang yang menghidupkan malam Idul Fitri, Allah SWT akan menghidupkan hatinya tatkala manusia dilanda kematian hati.

مَنْ قَامَ لَيْلَتَىِ الْعِيدَيْنِ لِلهِ مُحْتَسِبًا لَمْ يَمُتْ قَلْبُهُ يَوْمَ تَمُوتُ الْقُلُوبُ. (رواه الشافعي وابن ماجه)

Artinya: “Siapa saja yang qiyamul lail pada dua malam Ied (Idul Fitri dan Idul Adha) karena Allah demi mengharap ridha-Nya, maka hatinya tidak akan mati pada hari di mana hati manusia menjadi mati,” (HR As-Syafi’i dan Ibn Majah).

Maksud tidak matinya hati adalah, hati dapat berfungsi sebagaimana tujuan penciptaannya. Hati manusia merupakan alat untuk menerima hidayah dari Allah. Hati yang hidup adalah hati yang mudah menerima hidayah-Nya.

Ada sekian banyak manusia yang memiliki hati, tetapi mereka enggan menerima hidayah. Mereka lebih mementingkan keinginan dirinya sendiri dibanding mengikuti petunjuk Allah. Mereka lebih senang memperturutkan hawa nafsunya, dibanding menjalankan perintah agama. Mereka lebih senang berkumpul dalam forum hura-hura dan ahli maksiat, dibanding majelis zikir atau majelis ilmu dan ulama serta orang-orang saleh. Ini menandakan hati yang tidak berfungsi sebagaimana tujuan penciptaannya. Inilah hati yang mati.

Merujuk pada dawuh Almaghfurlah KH Maimoen Zubair guru besar saya, beliau selalu berpesan kepada santri-santri ketika tiba malam Idul Fitri, Kurang lebih pesannya sebagai berikut:

“Sak makendut-makendute santri, ojo nganti ora ngurip-ngurip malem riyoyo loro, kanti ngelakoni bakdiyah isya’ rong rokaat ditambah sholat witir sak rokaat”

(Se nakal-nakalnya santri jangan sampai tidak menghidupkan malam dua hari raya(idul fitri dan idul adha), dengan cara melakukan sholat bakdiyah isya’ ditambah sholat witir satu rokaat)

Sahabat Muslim, mari kita hidupkan malam Idul Fitri bersama-sama dengan berbagai ibadah shalat wajib, sunnah, takbir, dzikir dan amalan terpuji lainnya. Wallahu a’lam bisshowab.

(Fathul Ulum)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button