Al Qur'an

Niat Yang Benar Dalam Menghafal Al Quran

Salafusshalih.com – Kegiatan menghafal kitab suci al-Quran saat ini telah menjadi begitu populer. Banyaknya pesantren dan lembaga tahfiz semakin mempermudah mereka yang ingin menjadi penghafal. Sampai kemudian lahir frase satu rumah satu hafiz, yang mana dalam satu rumah tangga minimal ada satu orang yang menjadi hafiz.

Motivasi yang dimiliki oleh setiap orang berbeda-beda. Ada yang murni ingin menggapai kemuliaan al-Quran, ada juga yang diiringi alasan yang berhubungan dengan duniawi. Bagi yang hendak atau tengah menjalani proses menghafal dan menjaga hafalan, alangkah baiknya jika mengetahui niat-niat menghafal al-Quran yang sesuai dengan petunjuk ulama. Sebab jika motivasi yang dimiliki tidak sesuai dengan esensi menghafal al-Quran sebagai bagian dari ibadah, serta tidak benar menurut para ulama, maka amalan yang kita lakukan akan sia-sia.

Nabi Saw. bersabda dalam sebuah hadis masyhur:

انماالاعمال بالنيات وانما لكل امرئ ما نوى

“Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang adalah apa yang diniatkannya.”

Dalam hadis yang lain, نية المؤمن خير من عمله

“Niat seorang mukmin lebih baik dari amalnya.”

Niat adalah amalan hati, dan hati lebih mulia dari anggota badan, maka amalan yang dilakukan hati tentu lebih baik dari amalan yang dilakukan anggota badan. Terlebih lagi, karena niat bermanfaat untuk mengesahkan suatu amalan, sedangkan amal anggota badan tanpa niat maka tidak akan bermanfaat.

Tersebut juga dalam hadis,  من هم بحسنة ولم يعملها كتبها الله عنده حسنة كاملة

“Barang siapa bermaksud melakukan satu kebaikan dan tidak jadi melakukannya, maka Allah mencatat di sisinya satu kebaikan yang sempurna.”

Allah akan merahmati kita dengan bagusnya niat. Jangan sampai beramal sesuatu dari ketaatan tanpa berniat (dengan amal itu) untuk mendekatkan diri kepada Allah, berharap pertemuan dengan-Nya dan mencari rida-Nya. Mengharap pahala akhirat yang telah Allah janjikan dengan ketaatan tersebut dari pintu keutamaan dan karunia.

Janganlah kita melakukan perkara mubah, semisal makan, minum dan tidur tanpa kita menyengaja dengan dasar taat kepada Allah. Selalu kaitkan perkara-perkara mubah tadi dengan ketaatan. Niatkan untuk memperbanyak kebaikan, yang akan menghasilkan dari tiap-tiap niat itu pahala yang sempurna dari keutamaan-Nya.

Jika kita tidak mampu melaksanakan ketaatan dan kebaikan itu, atau tidak memungkinkan untuk melaksanakannya, maka tetaplah berniat untuk dapat melaksanakannya biarpun dengan bantuan. Pahalanya sama seperti orang yang melakukan.

Ada sebuah riwayat dari seorang laki-laki Bani Israil yang berjalan lewat di waktu paceklik, ia membawa sekarung pasir. Katanya, “Seandainya pasir yang ada padaku ini adalah makanan, tentu akan kubagikan kepada orang-orang.”

Seketika, Allah mewahyukan kepada nabi mereka (nabi Bani Israil), “Katakan pada Fulan, Allah telah menerima sedekahmu, dan Allah Mensyukuri atas baiknya niatmu!”

Dalam hadis lain disebutkan, “Sesungguhnya para malaikat naik dengan membawa catatan amal hamba menghadap Allah Taala. Berfirman Allah kepada mereka, Tuliskan untuknya begini dan begini. Para malaikat berkata, Sesungguhnya dia tak melakukannya. Allah berfirman, Dia telah meniatkannya.”

Dalam menghafal al-Quran, sudah seharusnya kita pasang niat yang benar. Agar setiap ayat yang kita hafal dengan susah payah dapat memberi manfaat kepada kita di dunia hingga akhirat, dan bukan malah sebaliknya, melaknat kita. Naudzubillah.

Berikut adalah beberapa niat dalam menghafal al-Quran yang dinukil dari Kitab an-Niyat karya Habib Muhammad Alawi Alaydrus:

Mencari syafaat al-Quran, sebab ia adalah seagung-agungnya syafaat.

Menjaga diri, harta dan keluarga dengan perantaraan al-Quran.

Mencari cahaya al-Quran, karena al-Quran merupakan cahaya pada hari kiamat.

Memperoleh derajat tertinggi di surga, seperti tersebut dalam hadis:

 

اقراء و رتل كما كنت تقراء و ترتل في الدنيا فاءن منزلتك عند اخر اية تقراءها

Artinya: Bacalah dan tartilkan sebagaimana engkau membacanya di dunia. Sesungguhnya kedudukanmu berada di akhir ayat yang engkau baca.

Maksud dari hadis ini adalah kelak saat hari perhitungan, para ahli Quran diminta membaca ayat-ayat Allah untuk diuji usahanya menjaga hafalan ketika di dunia. Jika ia mampu membaca al-Quran secara lengkap maka ia akan ditempatkan dalam surga tertinggi bersama para nabi. Dan semua itu hanya bisa dicapai dengan pertolongan dari Allah.

Menerangi hati yang gelap.

Memperoleh ilmu yang bermanfaat dari al-Quran.

Mencari pahala dari bacaan al-Quran.

Menunaikan sebuah fardhu kifayah atas mukmin yang lain.

Mencari kebaikan seperti yang dijanjikan Nabi Shalallu alaihi wasallam dalam sabdanya:

خيركم من تعلم القران و علمه

Artinya: Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari al-Quran dan mengajarkannya

Menyibukkan waktu dengan membaca al-Quran.

Niat membaca tartil dengan tajwidnya, demi mengamalkan firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 121:

الذين اتيناهم الكتاب يتلونه حق تلاوته ط اولائك يؤمنون به ط ومن يكفر به فاؤلائك هم الخاسرون

Artinya: Orang-orang yang telah Kami beri Kitab dan membacanya dengan benar. Mereka itu  beriman kepadanya. Dan barang siapa yang ingkar kepadanya (al-Quran) maka mereka itulah orang-orang yang rugi.

Membentengi diri dari setan dan sekutunya.

Menenangkan jiwa dengan dzikir (membaca al-Quran) kepada Allah. Karena al-Quran merupakan dzikir yang paling mulia dan penuh hikmah.

Dapat memasuki golongan ahlu al-Quran yang mereka itu adalah ahlullah dan orang-orang khusus-Nya.

Niat mengajarkan isi al-Quran kepada orang lain sebagaimana sabda Nabi Saw.:

 

فليبلغ الشاهد منكم الغائب

Artinya: Hendaklah menyampaikanvdari kamu sekalian orang yang tahu kepada orang yang tidak tahu.

Niat untuk tidak meninggalkan al-Quran (menjadikannya pedoman utama dalam kehidupan).

Mengagungkan sesuatu yang Allah Taala agungkan.

Itulah niat-niat yang paling benar dan sesuai tuntunan ulama dalam menghafalkan al-Quran. Jika kita masih belum memiliki niat seperti tersebut di atas, sudah saatnya kita segera memperbarui niat kita, semata-mata agar amalan kita membuahkan hasil yang baik tidak hanya di dunia, tapi juga sampai di akhirat. Semoga Allah menguatkan niat dan hafalan kita.

(Athi S. Rohmah)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button