Mujadalah

Ekspo Rajab HTI; Bualan Khilafah dan Perang Dunia 3

Salafusshalih.com – Acara Ekspo Rajab yang diselenggarakan para aktivis HTI sejak 21 s/d 27 Februari 2022 sudah selesai. Kemarin, di hari puncak, HTI menyuguhkan berbagai hal. Acara yang digelar dalam rangka menyambut Rajab sebagai momentum Isra’ Mi’raj dan runtuhnya Turki Utsmani, yang dalam pandangan HTI disebut runtuhnya khilafah Islam, diminati banyak orang. Beberapa simpatisan bahkan mencoba kaitkan kejadian terkini; perang Rusia-Ukraina, dengan khilafah.

Sebenarnya, pengaitan isu khilafah akhir zaman dengan kejadian faktual sudah sejak lama dilakukan, terutama oleh orang-orang yang bernalar khilafah-sentris: HTI, Ikhwanul Muslimin, dan sejenisnya. Kejadian faktual dimaksud ialah Perang Dunia 3, konflik mengerikan yang selalu digadang-gadang sebagai akhir kejayaan peradaban dunia. Dalam pandangan mereka, di akhir zaman, listrik dan internet hancur. Dan manusia akan kembali ke era klasik di mana khilafah sangat dirindukan.

HTI menjadikan acara Ekspo Rajab untuk menciptakan solidaritas dan kesamaan persepsi, bahwa umat Muslim harus optimis akan kembali tegaknya khilafah. Konflik Rusia dan Ukraina, juga keterlibatan NATO dan segala ancaman perang, dianggap sebagai tanda akan segera datangnya masa yang mereka tunggu-tunggu, yakni ketika khilafah memimpin dunia. Rajab, sebagai bulan Isra’ Mi’raj, dimanipulasi demi propaganda khilafah, dalam hal ini Khilafah Tahririyah.

Akhirnya, yang seharusnya umat digiring untuk memperingati Isra’ Mi’raj Nabi sebagai mukjizat luar biasa yang terjadi bulan Rajab, Ekspo Rajab justru menggiring umat untuk membicarakan politik yang tidak perlu, bahkan membicarakan sesuatu yang kebenarannya masih semu. Alih-alih membahas kemuliaan Rajab dan keistimewaan Isra’ Mi’raj, mereka semua malah bicara tentang Perang Dunia 3 dan kembali tegaknya khilafah di akhir zaman.

Rajab yang Dimanipulasi

Di antara hadis yang banyak beredar di kalangan HTI ihwal Perang Dunia 3 dan kaitannya dengan tegaknya khilafah Islam di akhir zaman ialah hadis Nabi Saw tentang bangsa Rum. Dalam hadis yang panjang, Nabi bersabda,

Kamu akan berdamai dengan kaum Rum dalam keadaan aman, kemudian kamu dan mereka akan memerangi suatu musuh. Dan kamu akan mendapatkan kemenangan serta harta rampasan perang dengan selamat. Kemudian kamu berangkat sehingga sampai ke sebuah padang rumput yang luas dan berbukit-bukit. Maka seorang laki-laki dari kaum salib mengangkat tanda salib seraya berkata, ‘Salib telah menang’. Maka marahlah seorang laki-laki dari kaum Muslimin kepadanya, lalu ia mendorongnya dan jatuh (meninggal). Pada waktu itu orang-orang Rum berkhianat, dan mereka berkumpul untuk memerangi kamu di bawah 80 bendera, di mana tiap-tiap bendera terdapat 12 ribu tentara.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah).

Eskatolog Imran Hosen kemudian menjadi rujukan, yang analisisnya mengatakan bahwa bangsa Rum yang dimaksud dalam hadis tersebut ialah Rusia. Mereka adalah Gereja Kristen Ortodoks Timur, yang mendirikan Kekaisaran Bizantium dengan Konstantinopel sebagai ibu kota. Kekaisaran Bizantium memang telah sirna, menurutnya, tetapi Gereja Kristen Ortodoks Timur tidak. Itulah yang kemudian menjadikan para aktivis khilafah lebih pro-Rusia dalam perang melawan Ukraina dan Barat.

Pembicaraan pun meluas sampai menutupi euforia Isra’ Mi’raj sama sekali. Spekulasi akhir zaman dan tegaknya khilafah Islam lebih banyak HTI jual ke publik daripada upaya mencari hikmah peristiwa Isra’ dan Mi’raj Nabi. Ini ironi mengingat Rajab dan Isra’ Mi’raj seharusnya menaikkan ukhuwah di negara yang demokratis seperti Indonesia. Oleh HTI, nubuat Nabi tentang khilafah Islam disemarakkan, sementara mukjizat berupa Isra’ Mi’raj dikesampingkan. Rajab benar-benar mereka manipulasi.

Bisa dilihat trending topic di Twitter, yang semuanya menyerukan penegakan khilafah Islam ala HTI. Ekspo Rajab menjadi ujung tombak propaganda HTI paling aktual. Jelas, ke depan, propaganda tersebut tidak akan berhenti. Mereka berani terang-terangan sekarang, dan ini adalah awal dari pergerakan mereka setelah lama tiarap dan bergerak di bawah tanah.

Perang Dunia 3 dan Khilafah Islam

Mengatakan Perang Dunia 3 sebagai momen yang ditunggu-tunggu mungkin agak menyeramkan. Tetapi bukan itu poinnya. Yang ditunggu dari Perang Dunia 3 bukan keganasan perangnya, melainkan dampak memilukan dari keganasan perang yang kemungkinan terjadi. Basis nuklir memiliki dampak signifikan akan kehancuran manusia, teknologi, dan semesta. Kelak, konon manusia akan kembali hidup seperti di masa silam. Tanpa teknologi apa pun.

Detail prediksi demikian digadang sebagai kabar akhir zaman. Perang pasca-Perang Dunia 3 tak lagi melibatkan teknologi, umat manusia akan kembali berperang melalui pedang. Tidak terbayangkan betapa kehidupan di masa itu sangat menakutkan. Doktrin teologis ini tentu merupakan kesempatan emas bagi kaum radikal untuk melancarkan proyeknya, yakni mempersiapkan sistem kekhilafahan sejak kini. Indonesia juga menjadi targetnya.

Bagi mereka, Rajab kali ini menjadi momen untuk menyuarakan ramalan akhir zaman, di mana kekhalifan menjadi nubuat yang niscaya. Perang Dunia 3 diproyeksikan akan melahirkan tatanan baru kepemerintahan, yaitu umat Islam di bawah komando khilafah. Konsep Perang Dunia 3 dan khilafah Islamiyah, melalui Al-Malhamah al-Kubra ini sudah dibangun. Rajab pun ditumbalkan sebagai momentum politik mereka.

Nubuat Akhir Zaman

Kebenaran nubuat bahwa di akhir zaman, khilafah akan kembali tegak, adalah sesuatu yang insidental. Namun, bukan berarti politisasi ‘akhir zaman’ itu sendiri dapat dibenarkan. Tidak tahu kapan akhir zaman tiba, semua umat Islam hanya bisa melihat tanda-tandanya. Mempolitisir akhir zaman lantaran ingin mengubah sistem negara, umpamanya, selamanya tak dapat dibenarkan. Oleh karenanya, upaya penegakan khilafah di Negara ini harus dilawan.

Bahkan andai pun konflik Rusia-Ukraina benar-benar pemantik Perang Dunia 3, yang dianggap sementara kalangan sebagai Al-Malhamah al-Kubra, eksistensi NKRI tidak bisa diusik. Nubuat akan terjadi dan itu tak butuh campur tangan kita. Segala konfrontasi para pengusung khilafah dengan dalih nubuat adalah bualan belaka. Sejujurnya, di balik konfrontasi tersebut, terdapat misi tersembunyi, yakni merebut kekuasaan.

Intinya, konflik Rusia-Ukraina tak semenyeramkan yang dipikirkan, melihat pasang-surut hubungan kedua Negara tersebut. Khilafah Islam sudah dinubuatkan, akan terjadi pada waktunya sekalipun tanpa intervensi siapa pun. Mereka yang mempolitisasi khilafah adalah kaum radikal yang ingin NKRI merubah sistem , ingin merebut kekuasaan. Sementara rumor Perang Dunia 3 tak semudah yang dibayangkan. Dampaknya buruk. Buruk sekali. Tak akan ada yang menginginkannya.

Kita harus jeli melihat situasi politik sekitar. HTI sangat ahli memanipulasi apa pun. Hari ini kita memperingati Isra’ Mi’raj, dan banyak kisah Isra’ Nabi yang mengandung berbagai hikmah. Itu yang mesti kita bahas. Bukan seperti Ekspo Rajab yang didesain untuk menarasikan politik HTI dengan kilah khilafah Islam.

Wallahu A’lam bi ash-Shawab…

(Ahmad Khoiri)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button