NU, Islam Nusantara, dan Kader Muda Progresif
Salafusshalih.com – Muktamar NU atau Muktamar Nahdlatul Ulama adalah perhelatan tertinggi di dalam organisasi Nahdlatul Ulama’, hingga saat ini pelaksanaan Muktamar NU diselenggarakan setiap lima tahun sekali dan dilaksanakan di berbagai wilayah di Indonesia secara bergiliran.
Akhir tahun ini, muktamar NU yang ke-34 sudah diresmikan pada Rabu (22/12/2021), di Lampung hingga besok, Kamis (23/12/2021). Perjalanan panjang tersebut tidak serta merta berjalan mulus begitu saja. Polemik, dinamika organisasi bahkan jatuh bangun yang rasakan oleh NU sebagai Ormas besar di Indonesia menjadi tantangan dan wilayah juang tersendiri bagi masyarakat Nahdliyin.
Sebagai warga Nahdliyin, ada sesuatu yang cukup menggetarkan hati dalam muktamar tahun ini. Persembahan syair oleh Kiai Afifuddin Muhajir yang begitu menyejukkan, setidaknya dalam syair yang dipersembahkan, kita perlu bersyukur tiada batas kepada Allah Swt sudah diperkenankan hidup di Indonesia sebagai negara yang majemuk. NU sebagai organisasi yang dibawa oleh para ulama bisa menjadi sarana mendapat rida Allah Swt.
Dilansir dari NU Online, Kiai Aqil Siroj, ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dalam peresmian muktamar, menyampaikan sebuah wasiat dari Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari, bahwa Nasionalisme dan agama adalah dua kutub yang saling menguatkan. Keduanya jangan dipertentangkan, di mana hal itu diamini dan disuarakan ribuan ulama Pesantren.
Kita perlu melihat secara vulgar bahwa Islam yang berkembang di Indonesia ini sangat ciamik melihat perbedaan agama, ras, budaya, dan historis yang beragam. Namun, tantanganya harus kita ketahui bahwa ada berbagai kelompok yang mencoba meruntuhkan NKRI dengan ideologi yang mengatasnamakan Islam.
Bagaimana mungkin dengan kenyataan ini kita akan membiarkan kelompok-kelompok Islam kanan meruntuhkan keutuhan NKRI dengan wujud Islam yang marah-marah, anti-Barat, hingga anti melakukan apa pun ketika tidak dibungkus dengan “syariat Islam”?
PR Islam moderat yang belum selesai
Islam nusantara yang di bawah oleh NU perlu kita kjita jadikan sebagai konsep beragama menjadi alternatif warga Nahdliyin dalam menghadapi masyarakat majemuk dibandingkan dengan Islam versi Wahabi, Ikhwan atau Hizbut Tahrir.
Tantangan yang nyata yakni memberantas kelompok-kelompok radikal yang semakin tidak terbendung. Kelompok-kelompok Islam seperti Wahabi, Ikhwan atau Hizbut Tahrir menjadi bayangan nyata dengan pertaruhan negara Indonesia jika tidak bisa diberantas.
Teroris tidak pernah absen diberangus oleh densus-88, media sosial menjadi salah satu sarana penting bagi kelompok teroris untuk merekrut kader-kader baru. Belum lagi pondok pesantren radikal yang kian menjamur, ditambah dengan anak-anak muda kita yang semakin banyak anti NKRI lantaran tidak berbau Islam.
Media sosial sebagai kampanye moderasi beragama
Lagi-lagi media sosial harus menjadi salah satu kampanye model beragama Islam yang ramah. Sejauh ini, kita perlu mengapresiasi kinerja-kinerja anak muda NU melalui platform website NU Online yang menjadi salah satu pioneer dan wadah informasi yang akurat tentang informasi ke-NU-an dan rujukan informasi keislaman yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Bagaimana secara personal anak muda NU? Ini tantangan kita saat ini. Disaat sebagian kelompok kanan membawa power personal untuk menyebarkan ajaran-ajaran Islam yang memberikan kenyamanan kepada anak-anak muda, menjadi rujukan hijrah dan role model pada saat melakukan berbagai kegiatan dengan kemasan “syariat Islam”, bisakah kita untuk menjadi rujukan itu dengan nilai dan prinsip yang dibawa oleh NU?
Sudahkah media sosial yang kita miliki memfokuskan untuk berdakwah dengan nilai-nilai keislaman dan kebangsaan dan ramah terhadap seluruh kalangan dan bisa dijadikan rujukan? Ini PR kita. Jika secara kolektif kita sudah bisa menyebarkan narasi Islam nusantara dengan pelbagai rujukan dan pemikiran yang terangkum di pelbagai platform keislaman, maka sudah saatnya kita membawa hal itu dalam ruang lingkup personal agar terus disuarakan, disebarkan dan disemarakkan.
Anak muda NU memiliki PR juga dalam membangun misi yang sudah dibawa NU sebagai organisasi yang menjaga bangsa Indonesia dari kelompok radikal, kelompok yang mencoba menghancurkan Indonesia dengan pelbagai ide, gagasan dan gerakan yang semakin tidak terbendung. Indonesia adalah negara yang kuat , besar dan salah satu perjuangan yang tidak bisa dinafikan adalah perjuangan para ulama, kiai dan santri. Wallahu a’lam
(Muallifah)