Ummu Waraqah Binti Al Harits, Imam Para Shahabiyah
Salafusshalih.com – Kemuliaan wanita dalam Islam tidak perlu diragukan. Rasulullah saw. telah menyampaikan ayat-ayat Al-Qur’an tentang masalah wanita yang membuat mereka senang dan bahagia. Kali ini kisah tentang shahabiyah agung yang telah berhasil menguasai hasrat dan kecenderungan dirinya dalam meraih kebahagiaan akhirat.
Ia tidak pernah tergiur dengan nikmat dan keindahan dunia yang fana. Ia memahami satu ucapan tasbih yang meluncur dari hati seorang mukmin adalah lebih baik dari dunia dan seisinya. Ia jadikan rumahnya sebagai masjid dan tampil sebagai ahli ibadah yang patut diteladani siapa pun.
Ia tak pernah melewatkan kesehariannya bersama Al-Qur’an. Ayat-ayat Al-Qur’an telah mengalir dalam tubuhnya dan mengisi kehidupannya dengan cahaya iman dan nikmatnya ibadah. Ia adalah Ummu Waraqah binti Al-Harits al-Anshariyah. Seorang wanita Anshar yang juga dikenal dengan nama Ummu Waraqah binti Naufal, nama yang dinisbatkan kepada kakeknya. Beliau masuk Islam sejak pertama kali mendengar tentang kepribadian Rasulullah saw. dan risalahnya.
Sejak beriman dan berbaiat kepada Rasulullah saw., Ummu Waraqah mulai menekuni ayat Al-Qur’an. Membacanya sepanjang siang dan malam hingga ia menjadi wanita yang pandai membaca Al-Qur’an, memahami, dan menghapalnya dengan sangat baik. Lebih dari itu, Ummu Waraqah berusaha menghimpun ayat Al-Qur’an dan menuliskannya pada tulang, kulit, dan lain-lain sehingga beliau berhasil menghimpun seluruh ayat-ayat yang telah turun di rumahnya kala itu.
Setelah Rasulullah saw. wafat, Khalifah Abu Bakar ra. menunjuknya sebagai salah seorang rujukan penting ketika mengangkat Zaid bin Tsabit sebagai ketua proyek penghimpunan Al-Qur’an. Abdurrahman bin Khallad meriwayatkan dari Ummu Waraqah bahwa Rasulullah saw. sering berkunjung ke rumahnya dan mengangkat seseorang untuk menjadi muazin khusus baginya. Bahkan, Ummu Waraqah diangkat menjadi imam salat para shahabiyah di rumahnya.
Abdurrahman berkata, “Aku melihat muazin yang bertugas di rumah Ummu Waraqah adalah seorang lelaki yang sudah sangat lanjut usia.” Ummu Waraqah juga dikenal sebagai wanita yang menyukai jihad dan mendambakan mati syahid di jalan Allah.
Tatkala Rasulullah saw. menganjurkan para sahabat untuk ikut dalam perang Badar. maka ia segera menjumpai Nabi saw. lalu berkata, “Wahai Rasulullah, izinkanlah aku ikut perang bersamamu untuk merawat tentara yang terluka dan sakit. Semoga Allah memberiku mati syahid dengan cara itu.” Rasulullah saw. berkata, “Tinggallah di rumahmu, karena sesungguhnya Allah Subhanahu wa ta’ala akan memberimu anugerah sebagai seorang mati syahid.” Sejak itu, Ummu Waraqah dijuluki Asy Syahidah (wanita yang mati syahid).
Wanita ahli ibadah itu pun kembali ke rumahnya karena menaati saran Rasulullah saw. Dengan harapan baru menanti datangnya mati syahid yang disampaikan Rasulullah kepadanya. Para sahabat juga mengetahui perihal kabar gembira itu. Bahkan, ketika Rasulullah saw. hendak berkunjung ke rumahnya dengan beberapa sahabat, Beliau sering berkata, “Mari berkunjung ke rumah wanita syahidah.”
Di akhir hidupnya, Ummu Waraqah meninggal dalam keadaan syahid sebagaimana ucapan Rasulullah saw. Ia dibunuh budak laki-laki dan perempuan yang dimilikinya. Peristiwa itu terjadi di masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Khaththab ra..
Setiap malam Umar selalu mendengar bacaan Al-Qur’an Ummu Waraqah. Namun, hari itu ada yang ganjil. “Demi Allah, semalam aku tidak mendengar bacaan bibiku, Ummu Waraqah,” papar Umar. Umar pun pergi mencari tahu dan mendatangi rumah Ummu Waraqah.
Betapa terkejutnya Umar saat mendapati sosok yang sudah terbujur kaku ditutupi selimut. Ummu Waraqah meninggal menemui takdirnya seperti yang disabdakan Rasulullah. “Benarlah apa yang diucapkan Rasulullah. Keesokan harinya, Umar mengumumkan kabar meninggalnya Ummu Waraqah. Kedua budak yang membunuhnya akhirnya ditangkap dan dihukum kisas.
Semoga Allah meridai Ummu Waraqah yang telah memperjuangkan agamanya dan berperan besar dalam proyek penghimpunan Alquran di masa pemerintahan khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq ra.. Wallahualam.
(Redaksi)