Hubbul Wathan

IKN Sebagai Benteng Melawan Narasi Transnasionalisme

Salafusshalih.com – Indonesia tengah memasuki era baru dengan proyek ambisius Ibu Kota Nusantara (IKN) yang dicanangkan sebagai pusat pemerintahan dan pertumbuhan ekonomi. Namun, di balik gegap gempita pembangunan ini, ada kelompok-kelompok tertentu yang mencoba memanfaatkan momentum ini untuk menyebarkan narasi transnasionalisme, seperti yang dilakukan oleh Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dengan propagandanya tentang khilafah di NKRI.

HTI, dengan ideologi transnasionalnya, melihat setiap perubahan besar di Indonesia sebagai peluang untuk memperkuat narasi mereka. Dalam kasus IKN, mereka mencoba menciptakan kekhawatiran di masyarakat dengan menyebut proyek ini sebagai “pengkhianatan terhadap identitas bangsa” atau “bentuk lain dari neo-liberalisme”.

Mereka berusaha menggiring opini publik bahwa Indonesia, dengan memindahkan ibu kota, sedang menjauh dari nilai-nilai “Islam” yang mereka klaim. Propaganda ini jelas tidak hanya menyesatkan, tetapi juga berbahaya, karena bertujuan untuk merusak kohesi nasional dan memecah belah bangsa.

IKN adalah manifestasi dari kedaulatan nasional yang kuat. Dengan konsep sebagai “smart city” dan “green city,” IKN berupaya menjadi pusat kemajuan teknologi dan inovasi, serta menerapkan prinsip keberlanjutan yang sangat relevan bagi tantangan global saat ini.

Konsep ini tidak hanya memperkuat identitas Indonesia sebagai negara yang mandiri dan berdaulat, tetapi juga menunjukkan bahwa Indonesia mampu sejajar dengan negara-negara maju dunia tanpa harus tunduk pada narasi yang bertentangan dengan ideologi Pancasila.

Melalui IKN, kita dapat menegaskan kembali identitas nasional yang inklusif, progresif, dan berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Sebagai proyek strategis nasional, IKN menegaskan bahwa Indonesia adalah negara yang memimpin perubahan dengan caranya sendiri, berdasarkan prinsip-prinsip gotong royong dan kemandirian.

HTI dan kelompok sejenisnya mungkin akan terus mencoba menciptakan narasi yang memecah belah, tetapi dengan IKN, kita justru mendapatkan kesempatan untuk memperkuat solidaritas nasional dan mengokohkan ideologi kebangsaan yang berakar pada sejarah dan aspirasi rakyat Indonesia.

IKN bukan sekadar perpindahan fisik ibu kota; ia adalah simbol transformasi menuju Indonesia yang lebih tangguh dan berdaulat. Dalam konteks ini, melawan narasi transnasionalisme bukan hanya tentang menghadapi propaganda khilafah, tetapi juga tentang membangun kesadaran publik akan pentingnya mempertahankan integritas bangsa di tengah arus perubahan global.

Gotong-royong adalah kunci bagi keberhasilan IKN, dan pada saat yang sama, merupakan senjata paling ampuh untuk menangkis segala bentuk narasi provokatif yang mencoba mengancam keutuhan NKRI.

Mari kita dukung IKN sebagai simbol kekuatan nasional yang inklusif dan mandiri, serta sebagai benteng terakhir melawan narasi transnasionalisme yang mengancam identitas dan kedaulatan bangsa.

Dalam perjalanannya menuju Indonesia Emas 2045, Ibu Kota Nusantara (IKN) menjadi simbol perubahan besar dan transformasi nasional. IKN bukan sekadar proyek pembangunan fisik; ia adalah representasi visi bangsa untuk memperkuat kedaulatan, persatuan, dan modernisasi Indonesia.

Namun, di tengah semangat ini, muncul ancaman yang serius dan tidak bisa diabaikan: transnasionalisme. Sebagai ideologi dan gerakan lintas negara yang sering kali bertentangan dengan prinsip kebangsaan, transnasionalisme berpotensi menjadi musuh besar dalam upaya menjadikan IKN sebagai pusat pemerintahan dan identitas nasional yang baru.

Mengapa Transnasionalisme Menjadi Ancaman bagi IKN?

Transnasionalisme membawa narasi yang melintasi batas negara dan sering kali mengaburkan identitas kebangsaan. Gerakan-gerakan seperti Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang mempropagandakan ide khilafah global adalah contoh nyata bagaimana transnasionalisme berusaha menggoyahkan tatanan nasional yang sudah mapan.

Bagi IKN, yang dibangun dengan semangat menegakkan kedaulatan dan identitas Indonesia, ide-ide transnasional ini adalah ancaman langsung. Narasi transnasionalisme berusaha menanamkan gagasan bahwa kesetiaan terhadap negara adalah sesuatu yang bersifat sekunder dibandingkan dengan kesetiaan terhadap ideologi global tertentu.

Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan keberagaman suku, agama, dan budaya. Semangat Bhinneka Tunggal Ika adalah fondasi utama yang memperkuat bangsa ini. Namun, transnasionalisme sering kali memaksakan pandangan tunggal yang homogen dan mengabaikan keberagaman.

Dalam konteks pembangunan IKN, keberagaman adalah kekuatan yang akan menjadikan ibu kota baru ini sebagai tempat yang inklusif dan dinamis. Jika narasi transnasionalisme dibiarkan tumbuh, ia bisa merusak harmoni sosial dan menciptakan segregasi di antara warga negara.

IKN dirancang sebagai kota pintar (smart city) dan kota hijau (green city) dengan teknologi modern dan birokrasi yang efisien. Ini adalah bagian dari visi Indonesia untuk menjadi negara maju yang berdaya saing tinggi di kancah global. Namun, transnasionalisme sering kali berakar pada ide-ide yang konservatif dan kaku, yang menolak inovasi dan perubahan.

Jika ide-ide ini merasuk ke dalam masyarakat, maka upaya modernisasi dan reformasi yang sedang diusung melalui pembangunan IKN bisa terhambat. Misalnya, gerakan-gerakan transnasional yang anti-teknologi atau menolak pemerintahan modern bisa memengaruhi kelompok-kelompok tertentu untuk menolak manfaat yang ditawarkan oleh IKN.

Membangun Pertahanan Nasional terhadap Transnasionalisme

Untuk menghadapi ancaman transnasionalisme, kita perlu memperkuat ketahanan nasional. Pembangunan IKN harus disertai dengan strategi yang tidak hanya fokus pada aspek fisik, tetapi juga pada penguatan nilai-nilai kebangsaan dan kedaulatan. Pemerintah, masyarakat, dan seluruh elemen bangsa perlu bersama-sama mempromosikan narasi positif yang mengedepankan persatuan, keberagaman, dan komitmen terhadap Pancasila dan UUD 1945.

  1. Memperkuat Narasi Kebangsaan
    Penting bagi semua pihak, terutama pemerintah, untuk terus memperkuat narasi kebangsaan yang inklusif dan menyeluruh. Melalui pendidikan, media, dan platform lainnya, generasi muda harus diajak untuk memahami pentingnya kebangsaan dan kedaulatan negara. Program-program literasi kebangsaan harus ditingkatkan untuk melawan narasi transnasional yang menyesatkan.
  2. Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan IKN
    Dengan melibatkan masyarakat secara aktif dalam pembangunan IKN, pemerintah bisa memastikan bahwa ibu kota baru ini benar-benar menjadi milik seluruh rakyat Indonesia. Partisipasi aktif masyarakat dapat mencegah ide-ide transnasional untuk menyusup dan merusak kesatuan dan persatuan yang sedang dibangun.
  3. Mengawasi dan Menindak Penyebaran Ideologi Transnasional
    Pemerintah harus memiliki mekanisme yang kuat untuk mengawasi penyebaran ideologi transnasional yang bertentangan dengan konstitusi negara. Penegakan hukum harus tegas terhadap siapa pun yang menyebarkan ide-ide yang mengancam kedaulatan Indonesia, termasuk melalui media sosial dan platform digital lainnya.

IKN bukan sekadar proyek pembangunan; ia adalah simbol kebangkitan dan kemajuan bangsa. Menjadikan IKN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, teknologi, dan pemerintahan adalah langkah strategis untuk menegaskan posisi Indonesia di pentas global. Namun, keberhasilan ini memerlukan kewaspadaan terhadap ancaman transnasionalisme yang berpotensi menggagalkan upaya ini.

Dengan memperkuat pilar-pilar kebangsaan dan membangun ketahanan terhadap narasi transnasional, kita bisa memastikan bahwa IKN menjadi pusat peradaban yang merefleksikan identitas sejati Indonesia—berdaulat, bersatu, dan berkeadilan. Mari kita jaga IKN sebagai simbol harapan, kemajuan, dan kedaulatan bangsa yang tak tergoyahkan.

(Dr. Abdul Karim M.)

Related Articles

Back to top button