Al Qur'an

Benarkah Menghapal Al Quran Mempengaruhi Kecerdasan Emosional-Spiritual?

Salafusshalih.com – Al-Qur’an adalah bacaan yang mulia, kitab yang terpelihara (Luh Mahfudz) tidak ada yang menyentuhnya kecuali orang yang disucikan. Tidak ada satu bacaan pun, selain al-Quran, yang dipelajari redaksinya, bukan hanya dari segi penetapan kata demi kata dalam susunannya serta pemeliharaan kata tersebut, tetapi mencakup arti kandungannya yang tersurat dan tersirat sampai kepada kesan-kesan yang ditimbulkannya.

Fungsi utama Al-Qur’an adalah sebagai hidayah (petunjuk) bagi manusia dalam mengelola hidupnya di dunia secara baik, dan merupakan rahmat untuk alam semesta, di samping pembeda antara yang hak dan yang batil, juga sebagai penjelas terhadap sesuatu, akhlak, moralitas, dan etika-etika yang patut dipraktikkan manusia dalam hehidupan mereka. Penerapan semua ajaran Allah itu akan membawa dampak positif bagi manusia sendiri.

Menghafal al-Quran

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa menghafal berasal dari kata hafal yang artinya telah masuk di ingatan, dapat mengucapkan diluar kepala (tanpa melihat buku atau catatan lain). Sedangkan menghafal artinya berusaha meresapkan ke pikiran agar selalu ingat.

Sedangkan penggabungan dengan kata al-Quran merupakan bentuk idhofah yang berarti menghafalkannya. Dalam tataranpraktisnya, yaitu membaca dengan lisan sehingga menimbulkan ingatan dalam pikiran dan meresap masuk dalam hati untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Arti menghafal dalam kenyataannya yaitu membaca berulang-ulang sehingga hafal dari satu ayat ke ayat berikutnya, dari surat ke surat lainnya dan begitu seterusnya hingga genap 30 juz.

Menurut Farid Wadji, tahfiz al-Qur’an dapat didefinisikan sebagai proses menghafal al-Qur’an dalam ingatan sehingga dapat dilafadzkan/diucapkan di luar kepala secara benar dengan cara-cara tertentu secara terus menerus. Orang yang menghafalnya disebut al-hafiz, dan bentuk pluralnya adalah al-huffaz.

Keutamaan Para Penghafal Al-Quran

Pertama, Mendapat karunia kenabian, meskipun tidak mendapat wahyu. Derajat para nabi merupakan derajat mulia yang tidak dapat didapat oleh setiap orang. Sebab, tingkatan derajat tersebut telah menjadi kehendak Allah Swt. semata. Namun, untuk mencapai derajat yang mulia di sisi-Nya, sebagai para nabi, bisa diraih dengan cara menghafal al-Quran.

Kedua, Menjadi orang yang berilmu. Orang yang berilmu tidak selalu identik dengan penilaian yang bersifat akademik de ngan beragam gelar yang diperoleh dari pendidikan tinggi. Dalam konteks Islam, salah satu ciriorang yang dianggap berilmu adalah orang yang senantiasa membaca al-Quran serta mengamalkannya.

Ketiga, Mempunyai derajat yang tinggi di surga. Kemuliaan dan derajat yang tinggi hanya diberikan Allah Swt. kepada hamba yang dikehendaki-Nya. Salah satunya adalah orang-orang yang membaca, mengamalkan, dan menghafalkan al-Quran.

Pengaruh Menghafal al-Quran terhadap Kecerdasan Spiritual

Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk mendapatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan orang lain. Energi spiritual adalah energi yangmendorong dan mengalirkan hati seseorang kepada energi yang bermuatan nilainilai kedamaian, kasih sayang, keadilan, kejujuran, kemuliaan, tanggung jawab dan kesabaran.

Al-Quran mengandung daya spiritual yang mencengangkan dan memiliki dampak yang luar biasa terhadap jiwa manusia. Al-Quran dapat menggerakkan afeksi manusia, membakar emosi dan perasaannya, membersihkan rohnya, membangun kesadaran dan pikirannya, serta memperjelas penglihatannya.

Dalam al-Quran dijelaskan bahwa hati memiliki kemampuan untuk memahami atau menangkap makna-makna. Dengan kemampuan tersebut, al-Quran bisa menjadi obat bagi hati yang sakit, karena al-Quran adalah zikir.

Mendengarkan bacaan al-Quran dengan baik dan tenang dapat menghibur perasaan sedih, menenangkan jiwa yang gelisah, melunakkan hati yang keras, dan mendatangkan hidayah Allah SWT. Semakin kita sering mendengarkan bacaan alQuran, akan semakin terpikat hati kita terhadap al-Quran. Apabila al-Quran kita baca dengan fasih dan suara yang merdu, maka akan lebih memberi pengaruh jiwa orang yang mendengarkannya.

Sebagaimana Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (QS. Al-Anfal:2)

Pengaruh Menghafal al-Quran terhadap Kecerdasan Emosional

Kecerdasan Emosional merupakan kemampuan seperti kemampuan untuk memotivasi di sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan berdoa. Kecerdasan emosional merupakan kemampuan seseorang dalam mengelola emosi-emosi yang berada dalam diri seseorang tersebut, baik emosi yang bersifat positif maupun emosi yang bersifat negatif.

Eksistensi kecerdasan emosional dijelaskan dengan jelas dalam firman Allah SWT., seperti yang terkandung dalam surah Al-A’raf ayat 179: “Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tandatanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orangorang yang lalai.” (Q.S Al-A’raf:179).

Emosi merupakan reaksi jiwa yang berkobar-kobar.3 Dalam al-Quran dikemukakan gambaran yang cermat tentang berbagai emosi yang dirasakan manusia, seperti takut, marah, cinta, senang, antipati, benci, cemburu, hasud, sesal, malu, dan benci.4 Emosi negatif yang sedang meletup-letup harus segera dinetralkan, apabila emosi tersebut tidak segera dinetralkan, maka ia akan membawa dampak kepada hawa nafsu yang kemudian akan membahayakan manusia.

Al-Quran memiliki pengaruh yang besar pada manusia secara umum. Ia dapat menggetarkan, memikat dan menggerakkan lubuk jiwa. Semakin bersih jiwa seseorang, semakin membekas pula al-Quran padanya. Sebuah penelitian modern yang disampaikan dalam Konferensi Kedokteran Islam Amerika Utara pada tahun 1984, menyampaikan bahwa al-Quran terbukti mampu mendatangkan ketenangan sampai 97% bagi mereka yang mendengarkannya, apalagi bagi orangorang yang melantunkan ayat-demi ayatnya.

Al-Quran mempunyai pengaruh besar jika diperdengarkan kepada bayi. Sebagaimana yang disampaikan Dr. Nurhayati dalam seminar Konseling dan Psikoterapi Islam di malaysia pada tahun 1977. Hasil yang terungkap dalam penelitiannya adalah bayi yang berumur 48 jam diperdengarkan bacaan al-Quran melalui tape recorder bisa tenang dan menunjukkan respon tersenyum.

Jika dengan mendengar musik klasik hanya dapat mempengaruhi kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosi (EQ), maka mendengar atau membaca al-Quran dapat mempengaruhi IQ dan EQ sekaligus dapat memengaruhi kecerdasan spiritual (SQ). Dan jika dengan mendengar atau membaca al-Quransaja dapat mempengaruhi kecerdasan IQ, EQ dan SQ, begitu juga dengan menghafal al-Quran yang dalam prosesnya selalu mendengar dan membaca al-Quran secara berulang-ulang.

 

(Ahmad Syah Alfarabi)

Related Articles

Back to top button