Mari Melawan Wahabisme, Paham Islam Yang Merusak Kemanusiaan!
Salafusshalih.com – Mengutip Majalah Aula, (edisi Februari 2016, hal. 10-12), dalam tulisan yang berjudul “Darurat Wahabi”, diawali dengan kalimat pembuka: “Ajaran Wahabi menjadi virus perpecahan di tengah umat Islam di Indonesia. Mereka suka membid’ahkan dan mengkafirkan yang tak segaris dengan ajarannya. Warga NU diimbau untuk mewaspadainya.” Kutipan tersebut menunjukkan bahwa wahabisme adalah paham Islam yang mesti ditentang demi keberlangsungan hidup NKRI.
Isi tulisan tersebut juga menceritakan sosok Wawan (40), yang ternyata seorang kader PKS, penganut paham Wahabi. Ia pernah mengusik ketenangan ibadah di lingkungan Masjid Al-Ibrohim yang sebagian besar jemaahnya adalah warga NU, yang sudah lama hidup dengan saling menghormati satu sama lain.
Namun, semenjak kedatangan Wawan, suasana kerukunan beragama masyarakat setempat mulai keruh. Ia sering kali menyampaikan ajaran agama dengan membid’ahkan dan mengkafirkan warga setempat, seperti halnya pendakwah Wahabi lainnya. Bahkan, Wawan juga diceritakan sering jadi akar permusuhan antarwarga. Itulah yang memicu pertengkaran tersebut.
Atas nama Islam, tentu saya sangat mendambakan perdamaian dan kedamaian hidup umat, tanpa harus saling mengkafirkan. Atas nama Pancasila, saya sungguh memimpikan persatuan dan kesatuan hidup rakyat di bawah asas kebhinekaan, dalam keragaman dan kemajemukan budaya bangsa Indonesia. Lalu, atas nama kemanusiaan, saya menentang keras segala bentuk eksploitasi dalam bentuk apa pun, termasuk percekcokan ideologi ataupun paham yang memecah-belah.
Ideologi yang dibawa oleh Wahabi juga disinyalir Gus Dur bahwa dalam beberapa tahun terakhir sejak munculnya Wahabi di Indonesia, wajah Islam berubah menjadi agresif, beringas, intoleran, dan penuh kebencian. Padahal sebelum Wahabi muncul, Islam di Indonesia sudah terkenal akan kelembutannya, toleran dan penuh kedamaian, sehingga absah disebut Islam with a smiling face.
Dakwah-dakwah Islam dengan entengnya dibawakan dengan teriak-teriak oleh para dai Wahabi, bahkan kerap kali mengutuk dan mengkafirkan tokoh-tokoh agama lain. Seolah-olah surga adalah miliknya pribadi, seolah-olah dialah yang paling suci, mulia, dan dicintai Allah. Padahal Allah sangat ar-rahman dan ar-rahim, bahkan sangat toleran dan penuh ampun meski terhadap hamba-Nya yang masih bergelimang dosa.
Saya teringat sendiri, ketika berkunjung ke tempat teman saya di daerah Lamongan dan kebetulan ikut kajian, di mana dalam ceramahnya mereka (ustaz Wahabi) mengolok-ngolok tokoh-tokoh agama lain, khususnya dari kalangan Nahdliyin, seperti Gus Miftah misalnya, dengan bahasa yang sangat tidak manusiawi. Model dakwah semacam itu seperti mendapatkan panggungnya di daerah tersebut.
Bahkan menurut teman saya, dulu di daerahnya situ pernah terjadi “kekerasan” juga terhadap warga setempat. Semacam gerakan “sapu-bersih”, seolah-olah menirukan Umar bin Khattab, untuk menghabisi “warga-warga” yang dianggap telah banyak berbuat maksiat. Sampai-sampai seluruh TNI dan Kopassus harus turun untuk ikut meringkus kelompok-kelompok “teroris” semacam itu.
Sama, mereka adalah kelompok Islam Wahabi, yang mendeklarasikan ideologinya untuk memurnikan ajaran Islam, sesuai dengan Al-Qur’an dan hadis, tidak boleh yang lain. Tapi, yang menjadi sangat kontraproduktif adalah, mereka berdakwah justru dengan cara yang merusak citra Islam. Tentu saja hal ini bisa diperdebatkan. Tetapi, pertanyaannya, apakah dakwah pemurnian Islam adalah dakwah yang merusak kesatuan dan kedamaian umat, bahkan merusak nilai dan rasa kemanusiaan itu sendiri?
Wahabisme: Merongrong Kedamaian NKRI
Wahabisme yang secara genealogi berasal dari Saudi Arabia, memang telah menyebar ke Indonesia dan memiliki dampak yang signifikan terhadap kehidupan masyarakat di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Wahabisme sendiri dikenal sebagai paham Islam yang sangat konservatif, tetapi sangat intoleran terhadap pemahaman Islam lainnya, sehingga malah banyak menimbulkan konflik dan ketegangan khususnya dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Dalam beberapa tahun terakhir, wahabisme memang sangat populer di Indonesia, terutama di kalangan generasi muda. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk penyebaran informasi melalui media sosial dan kehadiran organisasi-organisasi yang menganut paham ini, baik di lingkungan sekolah maupun kampus. Namun, sebagaimana sudah dijelaskan, paham ini telah menimbulkan beberapa masalah, seperti peningkatan intoleransi dan diskriminasi terhadap orang-orang yang tidak menganut paham ini.
Sebaran paham wahabisme sangat memengaruhi corak kehidupan sosial dan budaya masyarakat Indonesia. Dalam beberapa kasus, paham ini telah digunakan sebagai alasan untuk menolak dan menghancurkan tradisi-tradisi keagamaan yang telah ada di Indonesia.
Contohnya, selain pelarangan qunut dan zikir setelah salat yang sudah menjadi kebiasaan beragama masyarakat Nusantara, juga ada beberapa organisasi penganut wahabisme yang menyerang dan menghancurkan festival-festival keagamaan yang dianggap tidak sesuai dengan paham mereka.
Selain itu, wahabisme juga telah berkontribusi pada peningkatan konflik antarumat beragama di Indonesia. Dalam beberapa kasus, wahabisme telah digunakan sebagai alasan untuk menyerang dan menghancurkan tempat-tempat ibadah yang tidak menganut paham tersebut. Mereka sering kali berdakwah dengan merebut masjid-masjid umat, untuk kemudian dihidupi dengan ajaran wahabisme. Inilah cara mereka guna meracuni pikiran masyarakat, khususnya di wilayah pedesaan.
Melawan Wahabisme
Penyebaran ideologi Wahabi sangat berpotensi merusak keutuhan NKRI. Wahabisme cenderung menganjurkan pemahaman agama yang keras dan literal, yang itu dapat bertentangan dengan prinsip-prinsip pluralisme, toleransi, dan keberagaman yang menjadi landasan NKRI. Di bawah naungan wahabisme, konsep-konsep seperti kebebasan beragama, HAM, dan pluralisme dianggap sebagai bid’ah atau penuh kesesatan, yang itu juga sangat mengancam keutuhan dan stabilitas sosial di NKRI.
Lebih lanjut lagi, penyebaran wahabisme dapat memicu timbulnya polarisasi masyarakat. Dengan menekankan interpretasi yang kaku terhadap ajaran Islam, wahabisme memicu munculnya konflik antarumat, atau bahkan antarkelompok Muslim sendiri. Hal itu sangat mengganggu kerukunan beragama dan mengancam integritas sosial masyarakat Indonesia yang dikenal dengan keberagaman dan toleransinya.
Bahkan, wahabisme juga dapat memberikan ruang bagi gerakan radikalisasi dan ekstremisme. Beberapa kelompok yang terinspirasi oleh Wahabisme telah terlibat dalam aktivitas kekerasan dan terorisme, yang dapat mengancam keamanan dan stabilitas nasional.
Oleh karena itu, wahabisme telah menimbulkan beberapa masalah signifikan terhadap kehidupan masyarakat di NKRI, seperti sudah disinggung di atas. Pemerintah khususnya, termasuk pula masyarakat Indonesia, wajib menghentikan penyebaran paham tersebut dalam rangka untuk mempertahankan kehidupan yang harmonis dan toleran di NKRI. Wahabisme mesti dilawan!
(Ahmad Miftahudin Thohari)